Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Virus

10 Juli 2020   08:39 Diperbarui: 10 Juli 2020   08:46 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ayobandung.com

"Kamu prempuan sok tahu. Mana ada ayam sakit, lalu tiba-tiba mati. Kamu lupa ya, tadi pagi aku memberinya makan. Dan, semua sehat-sehat saja. Makan dan berkukuruyuk seperti biasa," jawab lelaki itu.

Istrinya lalu memilih bungkam. Dia menyibukkan diri di dapur mengoreng daging-daging ayam lungsuran persembahan odalan di pura kemarin.

Bangkai ayam-ayam itu tidak lantas dikubur. Lelaki itu memilih untuk menjadikannya bayang-bayang. Dikulitinya bangkai ayam-ayam itu, dibiarkan bagian kaki dan kepalanya. Diformalin, lalu dipajang di tembok rumahnya. "Biarlah selamanya aku abadikan di sini. Aku akan selalu ingat jasa-jasamu," desah lelaki itu.

"De, tolong kau rebus daging-daging ini. Rebus yang lama pada suhu 100 derajad!" perintah lelaki itu pada istrinya.

"Ya, Beli." Prempuan itu pun menuruti perintah suaminya. Tergopoh-gopoh dia mengambil daging-daging bangkai ayam itu, lalu merebusnya beberapa jam dengan panci besar. "Ayamnya sudah matang, Beli," ucapnya pada sang suami dengan sabar.

Lelaki itu mengambil daging yang telah direbus itu, lalu memanggangnya. "Semoga racunnya hilang," gumamnya dalam hati. Ia lalu memerintahkan istrinya membuat bumbu, sambil sibuk memegang gawai. Rupanya ia sibuk menghubungi teman-temannya.

"Hallo...halooo...ayo ngibur sini. Ada daging ayam kampung."

"Ok. Sebentar aku ke sana. Ini kebetulan ada teman-teman, sekalian aku ajak ke sana ya?" suara seorang lelaki terdengar di seberang gawai.

"Ok. Ditunggu!" jawab lelaki itu.

Acara perjamuan minum tuak pun berlangsung seru di teras rumahnya. Udara gerah di siang bolong, menambah panasnya suasana petuakan. Enam orang lelaki peminum tuak terlihat gerah tanpa baju. Wajah-wajah mereka memerah. Suara obrolannya pun terdengar keras tidak karuan. Entah apa topik diskusinya, seru-seru saja.

Sampai pada akhirnya lelaki itu tiba-tiba berucap, "De...sebenarnya, daging ayam ini adalah ayam jagoku yang tadi mati mendadak. Tetapi, sudah dimasak dengan matang. Istriku merebusnya, lalu aku panggang kembali," tiba-tibanya suasana pejamuan hening sejenak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun