Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Virus

10 Juli 2020   08:39 Diperbarui: 10 Juli 2020   08:46 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ayobandung.com

Lelaki itu masih saja bengong. Raut wajahnya terlihat masam. Betapa tidak, peliharaan kesayangannya tiba-tiba saja ditemukan tak bernyawa. 

Ya, empat ekor ayam jagonya tiba-tiba saja sudah mati di dalam kurungannya. Padahal, baru beberapa jam sebelumnya semua pada bugar dan dikasikan pakan jagung butiran pilihan.

Semuanya pada menyantap makanan yang disuguhkan dan tidak lupa berkukuruyuk. Ayam jago memang seperti itu prilakunya. Kukuruyuknya menjadi salah satu pemuas tuannya.

"De...De..., kenapa ayam-ayamku tiba-tiba mati?"

"Mana tiang tahu Beli. Beli kan tahu, tiang sibuk bersih-bersih di Pura dari tadi", jawab istrinya dari pelataran Pura.

Lelaki itu terus saja menggerutu, marah-marah, dan menyumpah serapah. Sungguh ia tidak terima jika ayam kesayangannya mati secara mendadak. Belum lagi ia sedang lelah fisik dan pikiran seusai menjalankan upacara Piodalan di Pura. Seisi rumah pun dibuat kaget akan misteri yang terjadi. Ia mencoba menerka-nerka siapa kira-kira yang telah berbuat jahat pada ayam-ayamnya.

"Mungkin dia! Mungkin dia pelakunya! Dia telah meracuni ayam-ayamku", gumam lelaki itu. Entah siapa dia yang dimaksudkan oleh lelaki itu, hanya ia yang tahu. Pastinya ia curiga sama seseorang yang dianggap musuhnya yang telah meracun ayam aduannya. Maklum saja, ayam-ayam peliharaannya ayam jago terpilih yang sudah dipelihara bertahun-tahun. Beberapa ekor di antaranya sudah menang di arena sabung ayam. Pastinya pula telah berjasa memberi gemrincing rupiah pada lelaki itu.

"Leak...! Leak...! Kalau berani, ayo ke sini! Bunuhlah aku. Jangan ayam-ayamku kau jadikan tumbal!"

Lelaki itu berteriak-teriak seperti orang gila. Orang-orang kampung yang mendengar teriakan itu pun menjadi kaget dan mencoba melihat dari dekat kejadian misterius tersebut. Mereka pada berdatangan menanyakan duduk perkaranya. Istri dan keluarganya jadi malu akan kelakuannya.

"Ada apa, Pak teriak-teriak?" salah seorang warga nyeletuk bertanya.

"Kamu...! Kamu lihat sendiri itu ayam-ayam jagoku pada bergelimpangan? Eh...aneh! Masih saja pura-pura tidak tahu!" jawab laki-laki itu dengan ketus dan sorot mata tajam. Warga yang bertanya pun lantas diam. Warga yang lain ada yang berbisik-bisik, lalu memilih diam. Maklum lelaki itu terkenal bebotoh yang tempramental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun