Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Generasi Millenial

9 Maret 2019   11:41 Diperbarui: 11 Maret 2019   08:38 2686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan yang berbicara di depan umum (Sumber: pexels.com)

Dalam konteks tahun politik seperti sekarang ini, kemampuan berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi para kandidat (calon anggota DPRD, DPR, DPD, serta pasangan calon presiden dan wakil presiden) untuk menyampaikan gagasan, visi-misi, serta mempengaruhi psikologi masyarakat pemilihnya. 

Sementara itu, berbicara bukanlah sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata semata, akan tetapi menjadi alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

Oleh karena itu, keterampilan berbicara sangat penting peranannya dan perlu untuk diajarkan di sekolah-sekolah dalam upaya melahirkan generasi milineal yang cerdas, kreatif, dan berbudaya. Dengan menguasai keterampilan berbicara, generasi ini akan mampu megekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas dan sesuai konteks dan situasi pada saat berbicara. 

Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan dan ujaran yang komunikatif, jelas, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi muda yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. 

Akan tetapi, kemampuan berbicara sudah dipelajari dan mungkin sekali sudah dimiliki anak sebelum mereka memasuki sekolah. Taraf kemampuan berbicara anak ini bervariasi mulai dari taraf baik atau lancar, sedang, gagap, atau bahkan kurang. Ada anak yang lancar dan efisien menyatakan keinginan, rasa senang, sedih, sakit, atau letih. 

Sementara itu, anak lainnya mungkin masih takut-takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan, tidak jarang kita lihat beberapa anak berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa segalanya bila ia berhadapan dengan sejumlah anak-anak lainnya.

Kenyataannya tersebut di atas hendaknya dijadikan sebagai landasan akan pentingnya pengajaran berbicara di sekolah-sekolah. Kebiasaan menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) dalam berkomunikasi lisan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat bisa jadi juga memberikan pengaruh kepada anak menjadi kurang terbiasa berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi tutur. 

Disamping itu, dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, anak cendrung sangat pasif. Mereka enggan untuk bertanya atau menyatakan pendapatnya. Akibatnya, kemampuan berbicara anak dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar cendrung kurang.

Jika dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin pula kemampuan berbicara akan terus rendah. Anak pun akan cendrung mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih kata (diksi) yang tepat, dan ekspresi yang tepat pada saat menjalin kontak dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat berbicara.

Dalam konteks demikian, diperlukan pembelajaran berbicara yang inovatif dan kreatif sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Anak tidak hanya diajak belajar bahasa secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan terlatih dalam konteks dan situasi tutur yang sesungguhnya. 

Dengan cara demikian, siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, menoton, dan membosankan. Pembelajaran berbicara pun menjadi sajian materi yang selalu dinantikan. 

Upaya peningkatan kemampuan berbicara anak dapat dilakukan, salah satunya dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.  Tanpa metode yang tepat, proses belajar mengajar tidak akan membuahkan hasil yang optimal. 

Guru bisa melaksanakan kurikulum dengan baik, jika proses pengajarannya dilengkapi dengan metode yang sesuai. Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metodologi pembelajaran dan keilmuan.

Metode bercerita merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi siswa dengan lingkungan dalam hal ini dengan anak lain, dan mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. Metode bercerita ini dalam proses belajar-mengajar memiliki tujuan agar anak dapat menyampaikan sesuatu secara efektif kepada orang lain.

Bercerita sesungguhnya adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. 

Bercerita pada anak berfungsi untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.

Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tetapi juga mendidik, sekaligus merangsang perkembangan bahasa hingga anak memiliki kemampuan menggunakan bahasa. Dengan demikian dapat memacu kemampuan verbal anak. Dalam kegiatan bercerita, anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi hal  baru baginya, hingga dapat memperluas wawasan, cara berpikir anak dan membuka cakrawala pengetahuan anak.

Dengan menggunakan metode bercerita ini, diharapkan aktivitas dan kemampuan berbicara anak meningkat. Keunggulan metode bercerita dapat membangkitkan aktivitas belajar anak, menumbuhkan imajinasi anak, melatih pendengaran anak, mengendalikan emosi, memperkaya kosa-kata anak, mengembangkan daya pikir pada anak, dan menumbuhkan rasa cinta tanah air. Melalui metode bercerita ini siswa menjadi mengerti bagaimana cara menerima pendapat orang lain dan siswa harus bisa berpendapat, memberikan argumentasi, dan mempertahankan pendapatnya.

Adapun teknik-teknik bercerita yang dapat diterapkan, yaitu:  1) Menggunakan kata-kata yang komunikatif (tidak kaku). Jika mungkin, menggunakan kata-kata yang sedang trend agar tercipta hubungan yang dekat dengan pendengar. 2) Mengucapkan huruf, kata dan kalimat dengan lafal yang tepat agar pendengar lebih mudah memahami isi cerita. 3) Memperhatikan intonasi kalimat, intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat yang berfungsi membentuk makna kalimat. 

Dengan intonasi yang tepat pendengar dapat membedakan pengucapan kalimat untuk nada sedih, marah, gembira, dan sebagainya. 4) Mengucapkan kalimat dengan jeda yang tepat. 

Jeda adalah perhentian lagu kalimat. Jeda berfungsi untuk menandai batas-batas satuan kaliamat. 5) Penerapan gesture dan mimik yang tepat. Gesture adalah peniruan dengan gerak-gerik angguta badan, sedangkan mimik dalam peniruan gerakan raut muka. Penguasaan gesture dan mimik dapat dilakukan dengan meniru gerakan orang tertawa, menangis, melompat, menyumpit, berteriak dan sebagainya, (Widiasri, 2011).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun