Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Chapter 1: Sumba, Stunting, dan Makna Empati

5 Juni 2021   23:25 Diperbarui: 5 Juni 2021   23:30 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tikungan tajam, naik turun perbukitan, panas dan gersang, membuat saya tiga kali memuntahkan sarapan dari Kambaniru. Sebuah gambaran perjalanan darat Waingapu menuju Sumba Barat Daya dengan jarak tempuh 4 jam. Untung, Kampung Adat Praijing, Retenggaro, dan percakapan di dalamnya menyenangkan.

Mengetahui beberapa motif kain Sumba serta kisah para warga adat bertahan hidup di kesehariannya membuat segar kembali. Saya juga sempat lakukan pendekatan dengan stakeholder, mengunjungi kantor Kepala Desa yang semestinya saya mulai belajar lakukan sejak dulu, juga di Depok--untuk mengetahui apa persoalan Depok sesungguhnya dan diskusi bersama temukan solusinya.

Data KEMENKO PMK mengatakan bahwa jumlah kasus stunting di Kabupaten Sumba Barat Daya mencapai 30,1% atau jauh di atas rata-rata nasional sekitar 27%. Salah satu sebab yang membawa saya menjelajah NTT dalam rangka perjalanan dinas, melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak PAUD di Sumba Barat Daya.

Kesempatan ini saya gunakan juga untuk mempelajari tentang hubungan gizi dengan kecerdasan anak dengan berjejaring ke beberapa komunitas lokal atau dinas kesehatan.

Bicara soal stunting di Sumba, bukan hanya persoalan ekonomi. Mari kita ingat kembali soal sistem sosial Patriarki, sistem ini berlaku di Sumba yang bisa membuat anak mendapat giliran makan terakhir. Semisal ada lauk ayam, anak mungkin hanya mendapatkan ceker atau bagian sayap--karena ayah (laki-laki) berhak mengambil makanan pertama dan memilih bagian yang diinginkan.

Kemudian, sulitnya mendapat buah sebagai asupan serat, sehingga masyarakat Sumba hanya mengonsumsi buah yang musim sepanjang tahun: pisang dan pepaya.

Selain itu, mahalnya harga susu formula menjadi alasan bagi mereka untuk menggantinya dengan susu kental manis atau gula saja--yang mana bisa mengurangi sumber nutrisi utama seperti kalsium atau protein.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Ikut terlibat membuat kita melihat segala sesuatu lebih bijak. Itulah yang saya rasakan setelah mendampingi PMT dan bertemu dengan suster di salah satu PAUD Desa Laga Lete.

Awalnya saya tidak yakin kalau PMT bisa membantu isu stunting. Apalagi hanya dilakukan 2-3x seminggu. Namun, setelah saya mendengar kabar baik seperti lingkar kepala, tinggi badan, dan berat badan anak yang bertambah setelah PMT, membuat saya menaruh harapan kembali.

Ternyata, PMT yang saya pikir program "sepele", nyatanya bisa membantu isu serius yang dihadapi NTT. Apakah semua berhasil? Tentu tidak, suster mengatakan bahwa pandemi juga menghambat pergerakan PMT.

Pembatasan kelompok, membuat anak-anak kadang tidak hadir pada saat jadwal PMT, sehingga terjadi lost controll dalam perkembangan report tumbuh kembang anak. Sementara, SDM guru yang bertugas untuk berkunjung amat terbatas dan jarak rumah anak dengan PAUD sangatlah jauh.

dokpri
dokpri
Pesona alam, eksotis, dan seksinya publikasi Sumba dalam hal pariwisata membuat beberapa hal penting lepas dari pandangan. Sebut saja Nihi Sumba, sebuah resor eksklusif mewah di NTT yang diburu para pelancong dan publik figur, lebih sering terdengar dibanding soal stunting. Apalagi soal kekerasan seksual atau tradisi Kawin Tangkap? Untung saja ada Dian Purnomo yang menyuarakan dalam novelnya "Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam". Dalam hal ini, saya mendapati kisah seorang anak kelas 5 SD yang dihamili oleh ayahnya sendiri di daerah Kodi. Mirisnya, anak ini tetap membela ayahnya karena menganggap aktivitas "mencium, memeluk, bahkan bersetubuh" merupakan ungkapan rasa sayang. Ia menganggap itu adalah sebuah rutinitas wajar antara ayah dan anak. Itulah sebab, saya ingin sekali membuat karya: buku atau video tentang pendidikan karakter yang bisa menjadi media pembelajaran tapi mudah dipahami bagi siapapun khususnya usia remaja. Sumba selalu mengajarkan saya soal empati. Tidak hanya soal ekonomi, tapi juga bagaimana memanusiakan manusia dengan menggunakan hati.

Renita
Sumba, 2021

NB:
Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi selama perjalanan saya selama pandemi. Jika ada beberapa misinformasi, silakan bantu koreksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun