Jika Ted Bundy masih hidup. Mungkin, dia akan kesal dengan kondisi sekarang. Terlebih dengan anjuran physical distancing. Saya menebak, barangkali Bundy lebih memilih mati terkena virus. Daripada harus menjaga jarak yang membuat timelinenya carut marut, sehingga menyebabkan "Extremely Wicked, Shockingly Evil and Vile" tidak tayang. Tentu saja, ini bisa jadi tidak benar. Karena ini hanya tebakan. Bisa saja Bundy memiliki cara yang hebat untuk mengelabui para mangsanya. Sebab, ia kan menyandang julukan pembunuh berantai yang populer di dunia.
Jangankan Bundy, beberapa anak di bilangan Vartuk (nama daerah yang saya buat sendiri). Sebuah daerah yang sangat gersang dan akan membuat kepala kalian pusing jika mengunjunginya, karena saking panasnya. Mereka menyampaikan bahwa sangat membenci orang dewasa sekarang-sekarang ini. Mereka bilang, orang dewasa kini sombong. Datang dengan wujud yang menyeramkan. Semua wajahnya tertutup dan tatapan yang menakutkan. Sedikit-sedikit menjauh. Bahkan menyuruh anak-anak ikut menjadi wujud yang menyeramkan. Tidak lagi mau memeluk, tidak mau lagi mencubit pipi, tidak mau lagi bersama-sama memegang pensil, dan mereka sangat kesal kenapa tradisi cium tangan tidak lagi dilakukan?
Masih di bilangan Vartuk. Orang dewasa menyampaikan hal berbeda. Secara tidak langsung berperan sebagai pelindung anak-anak. Mereka justru sedih karena tidak lagi bebas memeluk, tidak lagi bebas mencubit pipi, tidak lagi bebas bersama-sama memegang pensil, dan mereka sangat sedih bagaimana harus menolak uluran tangan anak-anak, yang sudah datang di depan mata?
Beberapa pertanyaan "kenapa" dari anak-anak akhirnya datang. Ada yang bisa dijawab, dan banyak juga yang tidak. Sebagai perwakilan orang dewasa, saya merasa bangga dan senang. Meskipun orang dewasa dibenci, setidaknya anak-anak sudah berani bertanya dan protes. Bersamaan juga saya merasa malu. Selalu mengenalkan diri ingin menjadi guru. Tapi, tidak ada satupun kebingungan mereka yang saya tahu.
Renita Yulistiana
Vartuk, 2020