Mohon tunggu...
Ken Satryowibowo
Ken Satryowibowo Mohon Tunggu... Freelancer - Covid Bukan Canda

Pencari pola. Penyuka sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menantu Jokowi Main Proyek Pemerintah? Begini Duduk Perkaranya

29 Januari 2019   18:25 Diperbarui: 29 Januari 2019   18:42 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kompas.com/ Hilda B Alexander

Boleh jadi, Bobby Nasution susah tidur belakangan ini. Bisa jadi pula, menantu Presiden Jokowi itu tidak enak makan.

Betapa tidak, suami Kahiyang Ayu tersebut jadi bulan-bulanan di media sosial. Dihujat lantaran dianggap terlibat kolusi terkait pembangunan rumah bersubsidi.

Sebagaimana ramai diberitakan media siber, Bobby tercatat sebagai Komisaris Utama PT Wirasena Citra Reswara (WCR). Perusahaan itu tengah membangun perumahan bernama Sukabumi Sejahtera Satu di Kampung Cioray, Desa Bojongraharja, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Dari total target 1.800 rumah, tahap awal hunian yang dibangun mencapai 500 unit. Peletakan batu pertama perumahan tersebut dilakukan pada Senin (21/1) lalu dalam suasana hujan lebat yang mengguyur.

Di tengah mendidihnya suhu politik menjelang Pilpres 2019, informasi keterlibatan Bobby di bisnis hunian bersubsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) menjadi menu lezat tim sukses kontestan kompetitor untuk menjatuhkan reputasi mertuanya selaku Capres petahana. Sebuah narasi politik yang sejatinya begitu lumrah dikumandangkan pada musim kampanye hari-hari ini.

Lantas, dimana letak kesalahan Bobby?

Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita tengok setidaknya lima variabel. Pertama, rekam jejak. Bobby bukanlah pemain anyar dalam usaha properti. Dia memulai debutnya sebagai pengembang skala kecil sejak usia 20-an, sekitar 2011. Jauh sebelum jadi anak mantu Jokowi.

Renovasi perpustakaan sekolah dasar di Medan, Sumatera Utara, merupakan proyek awal Bobby. Lalu berkembang ke bisnis renovasi rumah untuk dijual kembali. Pengalaman itu mengantarkannya pada proyek pembangunan puluhan unit rumah tapak di Medan. Hingga pada gilirannya berkesempatan menggarap proyek Malioboro City di Yogyakarta.

Bermodalkan pengalaman sebagai wirausahawan belia itu pula, Bobby bergabung dengan pengembang Takke Group pada November 2016. Menduduki posisi Direktur Pemasaran, dia mengantongi kepemilikan saham sekitar 20%. Kemang View, Metro Galaxy Park Bekasi, dan apartemen Gardenia Bogor merupakan tiga dari sejumlah portofolio perusahaan properti tempat Bobby bernaung.

Sampai di sini teramat terang keterkaitan Bobby dengan sektor properti bukan terjadi sekonyong-konyong, tapi sudah berlangsung sejak lama. Tanpa sedikit pun ada kaitannya dengan Jokowi, apalagi memanfaatkan kekuasaan mertuanya untuk mencari rezeki di proyek pemerintah.

Variabel kedua terkait ketaatan mengikuti regulasi. Aturan menyebutkan, pembangunan rumah bagi MBR bisa dilakukan oleh pengembang mana pun. Berada di pasar kompetitif, pengembang kecil atau yang sekelas Ciputra bebas masuk. Asal memenuhi syarat kapabilitas dan mendaftarkan perusahaan ke Sistem Registrasi Pengembang (Sireng).

Di titik itu, rasa-rasanya juga sulit mengatakan bahwa Bobby memanfaatkan pengaruh mertuanya. Kecuali sudah patuh pada regulasi yang berlaku, proyek perumahan di Sukabumi tersebut telah dirancang jauh-jauh hari sebelum dia menikahi Ayang---sapaan Kahiyang.

Ketiga, Bobby adalah pengurus DPP Real Estate Indonesia (REI). Tepatnya menjabat Wakil Sekjen. Menurut Ketua Umum REI Soelaeman Soemawinata, 80% anggota asosiasi tersebut merupakan pengembang rumah untuk MBR. Kata Soelaeman, marjin keuntungannya kecil alias mepet modal.

Dengan argumentasi itu, bila Bobby mau mendagangkan pengaruh mertuanya, tentu bukan MBR yang dia bangun. Apalagi membangun hunian yang tidak berada di kawasan premium. Bersama mayoritas anggota REI lainnya, Bobby seperti ingin memastikan, masyarakat kecil di kampung sekali pun berhak mendapatkan rumah sederhana, namun layak huni.

Faktor keempat, dari aspek pembiayaan. Proyek pembangunan MBR yang ditangani Bobby sama sekali tidak menggunakan anggaran negara. Bukan proyek perumahan yang dibangun dengan APBN. Melainkan murni swasta yang bekerja sama dengan Bank Tabungan Negara (BTN).

Menyebut pembangunan oleh swasta dengan skema macam itu sebagai proyek pemerintah jelas keliru fatal. Justru, keterbatasan APBN dalam menyediakan papan bagi rakyat berpenghasilan rendah diatasi dengan memaksimalkan keterlibatan swasta.

Pun faktanya, program pemerintah membangun sejuta rumah tiap tahun, mayoritas dikerjakan oleh bisnis swasta murni. Logikanya, semakin banyak swasta terlibat proyek MBR, maka backlog perumahan lekas dapat ditekan, dan pada gilirannya masyarakat yang diuntungkan.

Kelima, variabel persepsi publik. Variabel inilah yang barangkali menjadi satu-satunya variabel yang dipusingkan Bobby. Di media sosial, niatnya untuk membantu warga Sukabumi malah berujung perundungan. Dia dituding mencemarkan nama baik mertuanya yang selama ini dikenal bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Secara brutal, Bobby dituduh main proyek pemerintah. Padahal, sejumlah argumentasi di atas justru memastikan dirinya bersih dari tuduhan tersebut. Tapi ya memang begitulah kehidupan politik di bulan-bulan politik ini. Yang selalu terucap bukanlah argumen, melainkan sentimen. Jadi, woles aja, Bob......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun