Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Parpol Masuk Mesjid, Intelejen Masuk Ormas Islam

3 Juli 2010   18:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:07 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Polemik posisi Ali As’ad Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) menjadi Wakil Ketua Umum PBNU masih belum mereda, kini  bekas Deputi V BIN Muchdi Purwoprandjono mencuat namanya karena digadangkan menjadi salah satu kandidat Ketua Umum PP Muhammadiyah melalui Muktamar 46 di Yogyakarta  yang berlangsung 3-8 Juli 2010 ini.  Jika merujuk jejak rekam dua tokoh dari ‘Markas Pejaten’ (BIN) itu memang berbeda. Ali As’ad hanya memiliki kedekatan dengan sejumlah elit NU termasuk aktivis muda dan tidak terlibat dalam struktur. Namun tiba-tiba, Ali As’ad muncul di struktur kepengurusan NU di posisi yang bergengsi yakni wakil ketua umum. Sementara Muchdi Pr jauh lebih maju selangkah. Salah satu anggota Dewan Pembina DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini juga tercatat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Tapak Suci periode 2006-2011. Tapak Suci merupakan salah satu badan otonom milik Muhammadiyah.

Main pasang intel2an dalam kedua ormas islam ini tentunya menimbulkan pertanyaan banyak pihak, trend apa gerangan yang melatar belakangi atau hanya sebuah kebetulan saja dari kalangan intelejen tertarik masuk dalam ormas2 itu.  Namun, jika melihat latar belakang perpolitikan negeri ini, pembentukan badan intelejen negara tentunya mempunyai tugas utama mengamankan negara dengan cara sebagaimana lazimnya kerja intelejen, hancurkan musuh tanpa jejak. Sayangnya, yang dihancurkan adalah pejuang HAM yang pada masa lalu ditengarai banyak terjadi pelanggaran HAM untuk mengamankan rezim yang berkuasa.  Walaupun nyatanya seperti  pembunuhan Munir sudah ada terdakwanya, sudah pula disidangkan, namun hingga saat ini otak dibalik pembunuhan Munir itu masih gelap.  Tak heran jika sementara pihak menilai bahwa masuknya para intelejen kedalam tubuh ormas islam ini dinilai sebagai manuver untuk meloloskan diri dari segala tuntutan pertanggungan jawab masa lalu. Tetapi sebaliknya, bersedianya ormas islam ini menerima para intel ini adalah untuk membersihkan intel2 yang juga bergentayangan didalam kedua organisasi ini. Semuanya bisa serba mungkin dan mungkin juga kedua ormas ini menganggap para intel tersebut adalah type orang2 yang loyal menjalankan tugas dan mampu menutup rahasia penugasannya sehingga pemberi tugas cukup merasa aman dengan loyalitasnya. Namun khawatiran juga muncul, proses demokrasi di tubuh NU dan Muhammadiyah menjadi cacat dengan masuknya tokoh intelejen dalam struktur organisasinya. Sebab, gaya intelejen yang kuat dengan doktrin militernya itu akan mengubah pola demokrasi sipil yang berlangsung dikedua organisasi itu selama ini.

Dari 39 nama yang muncul nanti akan diperas menjadi 13 orang. Pada akhirnya dari 13 orang tersebut memilih di antara mereka sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah. Sebetulnya perjalanan menuju pucuk pimpinan Muhammadyah bagi Muhdi PR masih cukup panjang dan belum ada kata final  tetapi hal ini sudah cukup mengundang reaksi berbagai pihak. Seperti halnya pengamat politik Arbi Sanit sebagaimana dilansir oleh media pemberitaan mempunyai pendapat senada,  masuknya Muchdi Pr dalam jajaran kandidat pimpinan Muhammadiyah sejatinya sebagai upaya penyelamatan diri di lembaga keagamaan Muhammadiyah.

Sebetulnya, jika kita melihat kebawah memang sering terjadi pergesekan diantara kedua ormas tersebut dalam penguasaan masjid yang tak lain disebabkan oleh adanya perbedaan tata agama. Munculnya PKS yang masuk mendulang pengikut dalam masyarakat masjid itu juga secara politis dapat mengangkat PKS menjadi partai yang paling berkembang diantara partai2 yang berbasis Islam. Mungkin ini juga menjadi alasan kedua ormas islam itu sedikit merubah gaya organisasi tradisionalnya, dipandang perlu mengundang intelejen untuk memperkuat organisasi sebab masjid sudah kemasukan parpol. Ini sesungguhnya tidak terlepas dari anggaran dasar kedua ormas tersebut yang tidak berpolitik tetapi nyatanya habitatnya kemasukan parpol.  Yang paling realistis alasan masuknya para intelejen kedalam dua organisasi ormas islam ini adalah untuk mencegah terjadinya friksi dikalangan umat muslim karena masuknya parpol kedalam mesjid. Jika diatas ada Intelejennya, dibawah mungkin ada intelejen juga dan biasanya adanya intelejen itu disebabkan karena ada musuh yang tidak terlihat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun