Seperti dilansir detik.com (16/6/2018) Muhamad Idrus, Sekjen Sekber Indonesia Bersama bertemu dengan Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab di  Mekah, Arab Saudi. Dalam pertemuan itu, Idrus mengatakan Rizieq  mendukung keberadaan sekber dan meminta partai2 yang tergabung dalam sekber ( Gerindra,PKS,PAN) untuk meminta PBB ikut bergabung.Â
Dia juga mengatakan sekber akan berkoordinasi dengan ulama di bawah komando PA 212 demi  terwujudnya 2 poros dalam pilpres 2019 nanti. Dia menyebut 2 poros itu  yakni poros Mekah melawan poros Beijing.
Dalam konteks sebutan poros seperti itu, Gerindra, PKS dan PAN mewakili Islam yang merupakan  agama yang dianut mayoritas penduduk  Indonesia melawan poros Beijing yang kita kenal sebagai negara berhaluan sosialis komunis yang fahamnya dilarang di Indonesia. Tak pelak lagi, penyebutan poros seperti itu dapat memancing munculnya isu kebangkitan komunisme membayangi  pilpres 2019 mendatang yang dipengaruhi oleh kedekatan pemerintahan Jokowi yang diusung PDIP dan koalisinya dengan pemerintah China.
Tahun lalu, terkait dengan kasus Chat porno, pengacara Rizieg Sugito Atmo Pawiro sebagaimana dilansir berbagai media menjelaskan, Habib Rizieq tak mau pulang ke Indonesia karena  menilai kasus itu sarat kepentingan politik. Bahkan, menurut Sugito,  Habib Rizieq baru mau kembali ke Indonesia jika Joko Widodo tak lagi  menjabat Presiden RI. Rizieg hingga saat ini belum memastikan kapan akan kembali ke Indonesia, apakah ucapan yang disampaikan oleh pengacaranya tahun lalu itu sebagai tanda Rizieq akan memainkan peran politiknya dari Mekah?
Poros Mekah tentunya dikaitkan dengan keberadaan Rizieq di Mekah  sehingga kemungkinan Riziek akan tetap memainkan pengaruh politiknya  dari Mekah walaupun Jokowi sudah  mengakomodasi permintaan PA 212.  Jika  Riziek memainkan perananya dari Mekah akan lebih leluasa untuk  menyuarakan dukunganya kepada koalisi keummatan dan sekaligus memenuhi  "sumpahnya" akan kembali ke Indonesia sampai Jokowi tak lagi menjadi presiden.
Terlepas dari " sumpah" Rizieq  tersebut, Prabowo Subianto yang disebut sebagai pesaing Jokowi yang paling kuat hingga saat ini belum mendapat kepastian memperoleh tiket maju pilpres. Amien Rais menyatakan kesiapannya untuk nyapres, jika itu merupakan pernyataan yang sungguh sungguh, bukan tidak mungkin akan memecah koalisi.  Namun politik itu cair, setiap saat akan berubah dan jika Rizieq mampu memainkan perannya dari Mekah membangun dukungan kepada Prabowo, bahkan tidak menutup kemungkinan partai yang semula memberikan dukungan kepada Jokowi akan berbalik arah.
Masih ada beberapa laporan kepolisian yang terkait dengan Rizieq, kemungkinan Rizieq akan lebih merasa nyaman tetap berada di Mekah membangun poros Mekahnya. Seperti yang disampaikannya, dia akan mengumumkan sendiri kepulanganya.
Negara akan selalu bersandar pada hukum untuk mendapatkan legitimasi politik, mungkin itu yang menjadi pertimbangan Rizieq mengambil peran dari  Mekah dan sekaligus membangun apa yang disebut poros Mekah yang menjadi representasi politik Islam. Yang  menarik adalah lawan politiknya disebut poros Beijing yang tak lain karena Indonesia banyak berhutang ke negeri komunis itu.
Isu agama dan isu komunis diperkirakan akan membayangi pilpres mendatang. Tidak ada asap kalau tidak ada api, isu agama akan ditandingi oleh isu komunis. Sebab, tap MPRS no XXV Tahun 1966 tentang larangan ajaran komunisme masih berlaku dan sejarah mencatat, pemerintahan Orde Baru menjadikan Tap MPRS tersebut untuk menanamkan  kepada bangsa ini bahwa ajaran komunis merupakan bahaya laten terhadap Ideologi Pancasila.