Mohon tunggu...
Maulida Husnia Z.
Maulida Husnia Z. Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Belajar menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar Jadi "Orangtua Cuek" dari Jepang

4 November 2019   00:06 Diperbarui: 5 November 2019   17:12 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (ideas.ted.com)

Para orang tua di Jepang, meyakini bahwa perilaku anak mereka mencerminkan treatment atau perlakuan dari orang tuanya. Saya kira, bukan hanya di Jepang saja, ya. Namun seluruh anak di dunia pun, pasti memiliki perilaku yang sesuai dengan arah bentukan dari orang tuanya.

Menurut sebuah studi perbandingan teknik membesarkan anak yang diterbitkan oleh Kansas Association for Infant Mental Health berjudul "Disiplin dalam Anak Usia Dini", keluarga Jepang menekankan pada anaknya untuk menumbuhkan kelekatan, empati, dan harmoni. 

Penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak Jepang taat dan belajar untuk berperilaku sosial sebagai orang dewasa. Namun saat di rumah, anak-anak sepenuhnya bergantung pada orang tua mereka (terutama pada ibu).

Orang tua cuek versi Jepang ini, bukan berarti orang tua yang tidak urus dengan kondisi anaknya loh. Sejak dini, anak-anak di Jepang sudah diajarkan untuk berperilaku mandiri. Mereka dibiasakan dari kecil untuk mengatasi berbagai kesulitan sendiri. Berbeda dengan anak di Indonesia yang cenderung mengedepankan asistensi.

Mandiri berarti mampu melakukan aktivitas atau pekerjaan tanpa bantuan orang lain. Jika dikaitkan dengan kehidupan manusia dewasa, mandiri berarti mampu bertanggungjawab atas yang dilakukan tanpa membani orang lain, terutama dalam hal finansial.

Kemandirian pada anak usia dini, tentu saja berbeda dengan kemandirian remaja atau orang dewasa. Untuk anak usia dini, kemandirian adalah kemampuan yang disesuaikan dengan tugas perkembangan, seperti belajar berjalan, belajar makan, berlatih berbicara, belajar moral dan lain-lain.

Kemandirian pada anak, bisa dibilang sebagai suatu bentuk kepribadian yang terbebas dari sikap ketergantungan. Hal tersebut harus ditanamkan sejak dini, agar anak memiliki kepribadian yang tangguh.Jadi, anak mampu melakukan aktivitasnya sendiri tanpa harus bergantung pada keberadaan atau bantuan dari orang dewasa.

Kenapa sih, jadi mandiri itu penting untuk anak?

Kemandirian untuk anak usia dini, mungkin terdengar remeh dan sepele. Akan tetapi, hal sederhana tersebut merupakan pondasi yang penting untuk tahap perkembangan anak selanjutnya. 

Jika sejak dini anak sudah dilatih untuk menjadi mandiri, maka seterusnya ia akan memiliki jiwa yang tangguh dan tidak manja. Hal ini penting untuk kesiapan ketika nanti anak sudah mulai bertambah usia dan menghadapi dunia yang sebenarnya secara individual.

Kemandirian paling baik diperkenalkan dan dialami tahap demi tahap, dimulai dari awal dan mengembangkannya secara perlahan-lahan ketika anak semakin memiliki kompetensi dan tanggung jawab. Menurut Paker (dalam Nurianti), tahapan pengembangan kemandirian bisa digambarkan sebagai beberapa tahapan berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun