Seperti matahari yang tetap menatap bumi, mataku menatap wajahmu yang berada tepat di arah pukul 12-ku. Mulut merah jambumu seakan tak mau berhenti mengucapkan tentang hal yang sekarang bergerak di mulutmu. Kamu menatap kedua mataku seakan meminta persetujuan. Aku merasakan sel cinta menguasaikudan mentega meleleh di relung hatiku. Dan dengan sekuat tenaga aku mempertahankan tuas ekspresiku agar tetap pada posisi datarnya. Aku merasakan ledakan yang amat kencang dalam diriku tapi tentu saja aku tak bisa mensinkronkannya dengan keadaan luarku. Dan hasil yang kudapat dari usaha sel-selku yang besar-besaran adalah seorang gadis yang sok pintar yang menyimak temannya menghafal. Ugh, aku mungkin sudah gila. Gila karenamu.
Beberapa menit berlalu dan hanya ada kamu dan aku, dua manusia setengah dungu, yang duduk di bangku kelompok. Dikelilingi rasa bingung campur senang karena menatap seonggok dirimu yang hanya menundukkan kepala. Memainkan bolpoin, lagi-lagi. Mau tak mau, kuputar otak untuk kesekian kalinya agar mulut merah jambumu bergerak lagi.
"Septa, mau tanya yang kemarin di Facebook, dong!" Hanya itu yang bisa keluar dari ucapku. Lirih dan payah!
Kamu memutar kepala, memalingkannya kepadaku dan sekali lagi, matamu menemui milikku.
"Gimana?" balasan sekaligus pertanyaan singkat yang berhasil membuatku gemas dan ingin menarik pipimu seketika itu juga. Sayangnya itu hanya bayangan semu yang hanya menguap sepersekian detik kemudian.
"Hmm, aku cuman mau tanya lanjutannya sih. Jadi kamu selalu sms cewek yang kamu suka, ya? Terus tips-nya biar lebih deket sama gebetangimana?" Seakan aku tidak bisa mengucapkan kata-kata yang wajar.
"Iya, sih. Alhamdulillah, selama suka sama cewek selalu satu kelas. Hehe. Ya harus sms atau chattinglah, biar lebih deket."
Septa, aku tahu kamu yang menyebabkan nafasku selalu memburu, tapi bisakah kali ini kamu membantuku bernafas? Senyummu seperti hujan mentega hangat yang mengenai hatiku dan meleburkannya.
"Oh, ok. Tapi muka kamu juga memadai, sih."
"Kamu mulai, deh, Jun. Kalau itu, sih, aku berusaha membuat mereka nyaman waktu sama aku. Nggak ngandelin tampang." Kamu hanya tertawa ringan, tapi aku hanya tersenyum memandangimu. Kamu itu indah.
***