Seperti sepoi angin, mereka adalah yang menyejukkan hati ketika penat.
Seperti tiang, mereka adalah  yang kokoh dan senantiasa menopang.
Bagi saya, keluarga adalah segalanya. Mereka definisi dari anugerah yang tidak ada bandingnya. Ketika saya merasa semua penjuru menyudutkan saya, saya tau kepada siapa harus berlabuh.
Melebihi siapapun, normalnya setiap manusia pasti merasa di titik paling nyaman ketika bersama dengan keluarganya. Terlebih bagi saya, saat bersama keluarga merupakan momen paling menghangatkan dan sarat memori.
Sumber kehangatan keluarga saya yang pertama dan paling utama adalah saling mengerti. Kami sudah hafal betul bagaimana watak masing-masing, sehingga jika ada salah satu yang terlihat ganjil, maka dipastikan ia sedang ada masalah.
Baik masalah yang datang dari luar maupun dalam, disinilah peran kami sebagai keluarga. Saya seringkali curhat dengan Ibuk dan meminta solusi dari beliau, begitu juga semua kakak-kakak saya. Namun disisi lain ketika saya ingin menyembunyikan masalah, dengan mudahnya ibuk selalu sukses menebak.
Diluar sana masih ada segelintir orang yang menganggap keluarganya seperti orang asing. Mungkin, ini disebabkan karena kurangnya komunikasi antar anggota keluarga.
Saya merasakan momen yang hangat dengan keluarga, justru dengan cara yang sederhana. Keluarga kami berjumlah total 6 orang: Bapak, Ibuk, dan 4 anak perempuannya. Terkadang ketika kami semua sudah berkumpul di depan televisi, tanpa sadar kami selalu bernostalgia mengenai masa lalu keluarga kami atau membahas sesuatu tentang apapun itu.
Mulai dari bapak yang tiba-tiba buang angin, kakak kedua saya yang waktu kecil nakalnya minta ampun, sampai ibuk di masa lalu yang ketika hamil muda sering ditinggal bapak mencari nafkah.
Entah topik apa yang dikupas, kami sedikit-banyak selalu bercengkerama setiap harinya. Karena bagi saya, quality time dengan keluarga sangatlah penting.
Saat menonton televisi bersama, kami yang mempunyai minat berbeda-beda akhirnya bisa bersatu. Ibuk suka acara dangdut, bapak suka bola, kakak suka sinetron, sedangkan saya tidak ketiganya. Bagaimanapun, akhirnya saya selalu menonton acara-acara tersebut dengan senang hati demi berkumpul dengan keluarga. Dan saya tidak akan pernah lupa ketika kami semua tertidur di depan televisi sampai adzan subuh tiba.