Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Love

Lho, Memangnya Berapa Kali Anda Menyatakan Cinta? *Tanggapan atas Artikel Nganu

21 Desember 2023   18:46 Diperbarui: 24 Desember 2023   07:18 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya juga tak sendirian. Ada banyak yang mengalaminya.

Memendam untuk menyatakan cinta (lalu terlambat) bagi saya malah tidak menimbulkan sakit hati sama sekali. Lebih ke sekilas sedih dan penyesalan mungkin. Namun sedih & penyesalan serta sakit hati itu berbeda spesies; bagi mereka yang peka akan dirinya sendiri. Dan penyesalan itu sendiri sifatnya juga tak bisa lama saat kita menyadari ada banyak kesempatan dan kemungkinan lain di luar sana. Di banyak individu, justru penolakan akibat impian yang tak kesampaian ini yang berdampak lebih besar.

Ada yang bilang, bersiaplah untuk kemungkinan terburuk dari semua hal. Kalimat ini juga bukan berarti kita lantas berpikir dan bereaksi negatif dari waktu ke waktu. Tapi ketika kita melihat bahwa solusi dari setiap rasa cinta adalah HANYA DENGAN MENGATAKANNYA (tendensi kuat artikel adalah diarahkan ke sana) ketimbang memendamnya, ini adalah semacam kecenderungan TOXIC POSITIVITY dimana orang lalu mengendurkan kewaspadaannya dan tidak siap dengan kekalahan dan kehancuran hati bersumber dari sakitnya penolakan. Siap kalah itu: ditolak ya berpikir hal itu cuma apes saja, kalo diterima ya syukur. Sedangkan Toxic Positivity sendiri adalah dia seolah-olah selalu positif, tapi banyak orang tak melihat sisi negatifnya.

Btw, kepada penulis---Anda tidak mengatakan begitu HANYA karena termasuk golongan 'menunggu jemputan' ketimbang 'pihak yang menjemput' kan? Apakah Anda bisa bertanggungjawab dengan kemungkinan buruk dari kehidupan seseorang jika hanya pilihan untuk 'MENGATAKAN' saja yang mendominasi untuk digaungkan?

Dan karena ada banyak dari kaum Adam yang akan mengalami penolakan disebabkan dominasi pendapat yang beranggapan bahwa mereka yang harus memulainya (dari soal 'menyatakan' ini) ketimbang kaum Hawa, maka saya tidak membiarkan Toxic Positivity ini berlanjut. Karena saya tidak ingin lagi ada kasus mati konyol gegara penolakan meskipun secara mendasar saya juga tak bisa berbuat apapun bila kejadian tersebut terjadi lagi, karena kecil kemungkinannya mereka membaca tulisan yang bersumber dari pengalaman serta sebagian dari lingkaran saya serta kasus lainnya.

*

Kepada Anda yang akan 'menyatakan': Ada banyak yang dilakukan SEBELUM 'langsung menyatakan' ala bucin. Peka-lah terhadap respons dan bahasa tubuhnya terhadap Anda, Anda bisa sedikit kepo dengan lingkaran pergaulan, teman atau keluarganya,sambil melihat kepribadian, pemikiran, hobi serta tujuan hidup masing-masing dan lain sebagainya. 

Lakukan sambil mawas diri terlebih dahulu untuk melihat dimana dan bagaimana posisi Anda. Secara umum orang menolak pandangan sistem kasta, tapi dalam kenyataannya di sistem sosial kita tidak bisa ditampik juga bahwa hal itu ada. Lebih banyak 'Disney Princess' yang bakal lebih memilih pangeran ketimbang abdi dalem. Sad But True, when your entire life give you Lemons. Tapi apa mau dikata, bila kenyataannya memang demikian.

Bila Anda masuk strata 'abdi dalem', ya berarti Anda butuh lebih banyak skill dan pemikiran supaya bisa naik strata dan di samping itu... sebenarnya, hubungan istimewa antar dua orang tak hanya berkutat antara dua orang tersebut seorang diri saja, namun juga adalah hubungan dua keluarga dan lingkarannya. Biasanya mereka saling mempengaruhi.
Begitu pula tak hanya faktor soal strata saja, namun cermati juga jika ada banyak faktor lainnya sebagai pertimbangan saat seseorang menolak Anda. Misalnya soal agama, pandangan hidup, sikap, dan lain sebagainya.

LEPASKAN... dan urungkan niat untuk 'menyatakan cinta', jika Anda membaca banyak tanda-tanda tak berbalas sebelum mengatakannya---seperti tidak menanggapi chat, berbohong, berkilah dan beralasan untuk banyak hal, dan melihat gelagat negatif atau tak biasa. Manusia bisa berkata bohong, tapi biasanya bahasa tubuh punya kejujurannya sendiri. Gunakan intuisi serta logika Anda, meski itu susah karena rasa cinta (apalagi level bucin) dapat mengaburkan pemikiran. Cari kesibukan lain dan uang yang banyak. Dengan begitu Anda akan merasa bebas untuk memilih langkah hidup selanjutnya sekaligus meningkatkan bargaining power Anda.
Selangkah mundur untuk kemudian maju.
Ada banyak seseorang lain yang dapat menjadi pendamping Anda kelak di luar sana, di samping jalan hidup Anda masih panjang.
CINTA tak harus selalu dikatakan, dan seseorang yang kita sukai pun tak akan selalu bisa dimiliki. Ini sudah umum dan lumrah terjadi. Atau dalam peristiwa yang langka, jika pujaan hati malah bisa dimiliki setelah 'dimiliki' oleh orang lain dulu---macam kasus Bebi Romeo dan beberapa lainnya. Namun, ini hanya soal kemungkinan lain.

Dan akhirnya, tentu saja Anda bisa SKIP paragraf sebelumnya, teruskan langkah Anda untuk menyatakan cinta jika Anda melihat tanda-tanda sebaliknya dan privilege yang Anda punya mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun