Pukul dua, suatu malam yang hening di atas ketinggian 1500 M. Angin malam yang menepis jaket sampai baju dalam kami, sejuk dan dingin rasanya. Kala itu suara gemericik air sungai terdengar sopan menemani malam kami. Api kecil penghangat tidur kami mulai padam, menandakan bahwa kami akan segera melanjutkan perjalanan dengan sisa tenaga kami untuk mencapai Rinjani.
Pada saat seperti sekarang ini, kebanyakan para pendaki masih singgah untuk mengisi energi dan melepas penat lelah. Hanya tersisa suara obrolan dua orang yang terdengar basi tapi seru menghidupkan suasana malam. Tak terdengar lagi obrolan ramai yg biasa dibincangkan oleh satu, dua, bahkan banyak pendaki sembari menyiapkan energi dan perlengkapan untuk melanjutkan petualangan.
Dingin angin yang menyelimuti tubuh dan gelapnya malam berhiaskan bintang di langit terasa mencekam bersama teman pendakian gunung ini. Peluh keringat mulai membasahi baju kami lagi disaat menapaki sang pasak bumi untuk ke puncaknya. Hanya satu tujuan yang kami harapkan, mendambakan seliwir oranye yang muncul di ufuk timur sana. Penat yang kami rasakan semakin menjadi-jadi saat terjalnya jalan yang kami lalui. Namun semangat kami tidak akan pupus demi terwujudnya pencapaian kami.
Tepat diakhir pendakian ini, sang surya mulai menggeliat menampakkan dirinya. Saat sinarnya menerpa diri kami, sekilas hilang semua kelelahan. Embun pagi yang diselimuti awan-pagi membuat kami semakin berkaca-kaca atas keindahan Ilahi. Pencapaian kami tidaklah sia-sia mendambakan sunrise yang begitu indah nan menawan.
Tentu hal ini haruslah diabadikan, segera kami memasang pose di atas pucuk ini sambil mengibarkan sang saka merah putih yang berkibar menghiasi pagi ini. Kami juga tidak lupa untuk melaksanakan kewajiban kami sebagai muslim yang taat untuk menunaikan kewajiban kami. Ku hamparkan sajadah coklat pembawaan ibuku dari tanah suci. Ku laksanakan shalat subuh di atas puncak ini bersama teman se pendakian. Tanpa kusadari, sujud ku di pagi ini membasahi tanah indah di pucuk. Sungguh pengalaman berharga yang tidak dapat terulang untuk kedua kalinya.
Saat waktu menjelang siang, semua orang akan turun untuk kembali pulang. Para pendaki akan berkumpul bersama teman, pacar, atau keluarga mereka untuk memperlihatkan dan menceritakan pengalaman indah nan hebat saat pendakian mencapai Rinjani. Kami pun seperti halnya mereka. Membersihkan diri, menyantap ayam tilawang makanan khas Lombok sambil berbincang santai, seperti itulah rencana kami.