Mohon tunggu...
Kemalamuliaa
Kemalamuliaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di jakarta

Namaku Kemala Muliawati. Aku biasa dipanggil Mala atau Kemala. Aku lahir di Ponorogo 17 Juni 2002. Saat ini umurku 20 tahun. Aku anak ke tiga dari empat bersaudara. Aku seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di Jakarta yaitu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atau yang biasa dikenal dengan UIN Jakarta. Aku mengambil Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Di Jakarta aku tinggal bersama saudara dari ibu yaitu paman. Sebenarnya aku termasuk orang yang suka menulis. Entah mengapa aku lebih suka menulis daripada membaca. Aku sedikit sulit mengekspresikan diri atau menjelaskan sesuatu dengan kata-kata. Saat ini aku sedang fokus untuk kuliah agar nantinya aku bisa menjadi orang sukses yang bermanfaat terutama bagi keluarga tercinta, orang-orang disekitar, bisa mengangkat derajat keluarga, membantu perekonomian keluarga menjadi lebih baik. Terkadang aku merasa kurang percaya diri dalam pelajaran, keberanian dan yang lainnya. Banyak teman-teman disini yang pintar, percaya diri, dan mereka bisa berinteraksi dengan orang baru dengan mudah. Aku ingin sekali lebih percaya diri, lebih berani dan bisa mengambil segala sesuatu keputusan itu dipikirkan secara matang-matang diikuti dengan tidakan yang cepat dan tepat sebelum nanti akhirnya menyesal. Semoga dalam berproses kedepannya aku bisa lebih baik lagi. Pengingat untuk diriku bahwa teruslah berbuat kebaikan, sekecil apapun itu dan tetaplah menjadi orang baik, jangan berubah menjadi orang lain karena ingin menjadi seperti mereka. Jadilah dirimu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjemput Sunrise Rinjani

16 Oktober 2022   16:11 Diperbarui: 16 Oktober 2022   16:17 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pukul dua, suatu malam yang hening di atas ketinggian 1500 M. Angin malam yang menepis jaket sampai baju dalam kami, sejuk dan dingin rasanya. Kala itu suara gemericik air sungai terdengar sopan menemani malam kami. Api kecil penghangat tidur kami mulai padam, menandakan bahwa kami akan segera melanjutkan perjalanan dengan sisa tenaga kami untuk mencapai Rinjani.

Pada saat seperti sekarang ini, kebanyakan para pendaki masih singgah untuk mengisi energi dan melepas penat lelah. Hanya tersisa suara obrolan dua orang yang terdengar basi tapi seru menghidupkan suasana malam. Tak terdengar lagi obrolan ramai yg biasa dibincangkan oleh satu, dua, bahkan banyak pendaki sembari menyiapkan energi dan perlengkapan untuk melanjutkan petualangan.

Dingin angin yang menyelimuti tubuh dan gelapnya malam berhiaskan bintang di langit terasa mencekam bersama teman pendakian gunung ini. Peluh keringat mulai membasahi baju kami lagi disaat menapaki sang pasak bumi untuk ke puncaknya. Hanya satu tujuan yang kami harapkan, mendambakan seliwir oranye yang muncul di ufuk timur sana. Penat yang kami rasakan semakin menjadi-jadi saat terjalnya jalan yang kami lalui. Namun semangat kami tidak akan pupus demi terwujudnya pencapaian kami.

Tepat diakhir pendakian ini, sang surya mulai menggeliat menampakkan dirinya. Saat sinarnya menerpa diri kami, sekilas hilang semua kelelahan. Embun pagi yang diselimuti awan-pagi membuat kami semakin berkaca-kaca atas keindahan Ilahi. Pencapaian kami tidaklah sia-sia mendambakan sunrise yang begitu indah nan menawan.

Tentu hal ini haruslah diabadikan, segera kami memasang pose di atas pucuk ini sambil mengibarkan sang saka merah putih yang berkibar menghiasi pagi ini. Kami juga tidak lupa untuk melaksanakan kewajiban kami sebagai muslim yang taat untuk menunaikan kewajiban kami. Ku hamparkan sajadah coklat pembawaan ibuku dari tanah suci. Ku laksanakan shalat subuh di atas puncak ini bersama teman se pendakian. Tanpa kusadari, sujud ku di pagi ini membasahi tanah indah di pucuk. Sungguh pengalaman berharga yang tidak dapat terulang untuk kedua kalinya.

Saat waktu menjelang siang, semua orang akan turun untuk kembali pulang. Para pendaki akan berkumpul bersama teman, pacar, atau keluarga mereka untuk memperlihatkan dan menceritakan pengalaman indah nan hebat saat pendakian mencapai Rinjani. Kami pun seperti halnya mereka. Membersihkan diri, menyantap ayam tilawang makanan khas Lombok sambil berbincang santai, seperti itulah rencana kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun