Mohon tunggu...
Kemal Akbar Suryoadji
Kemal Akbar Suryoadji Mohon Tunggu... -

Mahasiswa "School tot Opleiding van Inlandsche Artsen" 2017

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Deja Vu, Kayaknya Pernah Ngalamin

27 Januari 2019   06:44 Diperbarui: 30 Januari 2019   16:41 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : https://www.medicalnewstoday.com/articles/317895.php

Ketika mendengar kata tersebut seketika terbayang dengan kejadian bahwa kita pernah merasakan suatu peristiwa yang sudah dialami sebelumnya. Kita seperti pernah merasakan rasa yang dulu pernah ada. Jadi sebenarnya, perasaan apakah ini?

Perasaan yang kita alami ini sangatlah sesuai dengan pengertian kata Deja vu itu sendiri yang berasal dari bahasa Perancis yang artinya "pernah dilihat". Seperti ketika kita datang ke suatu tempat berupa bangunan bersejarah yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya, tiba-tiba saja kita merasa mengenali estetika arsitektur bangunan tersebut atau bahkan berbagai hiasan yang terpajang.  Contoh lainnya pada peristiwa ketika ingin berdiskusi dengan rekan-rekan kelompok kita, mendadak terasa sekali bahwa cara kita duduk, orang-orang sekitar kita, dan bahkan bahan pembicaraan yang sedang didiskusikan sebelumnya terasa pernah terjadi. Berikutnya akan timbul kembali pertanyaan kritis di benak kita yakni "apa yang sedang terjadi pada diri saya ?".

TENTANG BAGAIMANA DEJA VU BEKERJA

Dari banyak percobaan, belum dipastikan faktor apa yang membuat kita mengalami Deja vu. Namun terdapat sebuah penjelasan medis yang didapat dari hasil penelitian Departemen Neurosains Universitas A&M di kota Texas bahwa Deja vu adalah suatu penyakit epilepsy lobus temporal atau penyakit kejang akibat terganggunya aktivitas otak tepatnya bagian temporal. Kejadian ini berkaitan dengan fungsi spesifik lobus temporal yakni sebagai tempat penyimpanan ingatan jangka panjang, salah satunya deteksi keakraban dan pengenalan peristiwa. Selanjutnya kejang terjadi karena adanya penghantaran rangsang berlebihan pada sel saraf sehingga impuls menyebar ke seluruh otak lalu menimbulkan kejang.  Terlebih lagi, dilakukan observasi kepada para penderita penyakit epilepsi lobus temporal bahwa mereka sering mengalami peristiwa dj vu ini.

JANGAN NYAMAN DENGAN DEJA VU

Cara kita menanggapi peristiwa ini sangatlah bergantung kepada sikap kita. Sikap yang dimaksud yakni apakah dengan terjadinya deja vu membuat kita terasa nyaman atau justru membuat perasaan takut. Sikap kita ini berhubungan kembali dengan amygdala sebagai bagian otak yang mempengaruhi emosi kita. Menurut saran yang diberikan oleh dr. Todd Murphy, seorang neuroscientist sebaiknya kita menjauhi rasa nyaman terhadap kejadian deja vu karena amat berbahaya ketika hal tersebut justru membuat kita takut. Jadi saat keadaan seperti itulah kita perlu berkonsultasi ke para ahli.

(KAS)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun