Mohon tunggu...
kelvin ramadhan
kelvin ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - Sleepy man

Kaum burjois jogja | Bertekad minimal sekali sebulan menulis di sini | Low-battery human| Email : Kelvinramadhan1712@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasca Kekalahan Indonesia dari Brasil di WTO

29 Agustus 2019   15:34 Diperbarui: 29 Agustus 2019   15:56 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.poultryindonesia.com

Langkah switch import goods pemerintah ini dapat dipahami sebagai langkah yang cukup berhati-hati. Dikarenakan pemerintah berupaya menghindari skema pemberian tarif terhadap produk ayam dari Brasil. Menurut saya, itu bukan berarti pemerintah tidak berani mengingat Brasil bisa kapan saja melakukan tindakan retaliasi berupa pemberian tarif yang sama terhadap ekspor komoditas Indonesia dan juga pembatasan terhadap ekspor jagung Brasil ke Indonesia. 

Bisa-bisa jika pembatasan ekspor jagung dilakukan, ini malah berdampak sangat buruk kepada harga ayam potong di Indonesia yang sudah cukup murah mengingat Indonesia tidak mempunyai pasokan jagung yang cukup stabil untuk memenuhi permintaan dalam negerinya. 

Sayangnya lagi, Brasil adalah salah satu importir jagung terbesar Indonesia ketika pasokan jagung dalam negeri sedang tidak stabil dan harga jagung Brasil hampir dua kali lebih murah dari Indonesia. Dan sayangnya lagi dan lagi adalah karena 70% total harga produksi ayam di Indonesia dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga pakannya yang berbahan dasar jagung tersebut. 

Kenapa harga jagung Indonesia bisa lebih mahal dari Brasil?

Menurut guru besar saya, Prof Catur Sugiyanto dalam tulisannya di rubrik Kompas, hal tersebut didasari pada kenyataan bahwa rata- rata lahan jagung di Indonesia sangatlah kecil serta penghilirannya yang begitu panjang dari petani kemudian ke tengkulak baru setelahnya diserahkan ke perusahaan pakan ternak. Panjangnya proses hilirisasi jagung tersebut yang seringnya membuat harga jagung Indonesia jauh lebih mahal daripada Brasil. Ditambah lagi letak geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan membuat biaya transport/angkut jagung membengkak.

Sementara itu di Brasil, produksi jagungnya telah menggunakan berbagai teknologi penanaman seperti hibridisasi pengelolaan dan adanya manajemen tanaman (crop management practices). Pemberian subsidi kepada konsumen jagung juga memberikan insentif yang cukup bagus tak hanya kepada konsumen, namun juga kepada para petaninya karena dengan demikian pasar jagung Brasil tetap dapat bergairah. 

Dua tahun pasca putusan

Para diplomat dagang Indonesia-Brasil berhasil menengahi persoalan penerbitan sertifikasi halal yang lama dengan sementara menukar impor ayam Brasil dengan impor daging sapinya. Harapannya adalah tidak lama pasca putusan DSB, Indonesia bisa dengan cepat menerbitkan sertifikasi halal dan segera mematuhi keputusan tersebut secara penuh.

Namun sayangnya, hingga saat ini (dua tahun setelahnya) Indonesia masih belum mampu menerbitkan sertifikasi halal sebagaimana yang diminta oleh Brasil. Ditambah pula Brasil tak lagi menyukai skema tukar impor daging sapi dikarenakan prosesnya memakan waktu yang sangat lama.

Alasan-alasan itulah yang menjadikan landasan utama Brasil pada tanggal 13 Juni 2019 lalu meminta WTO "sekali lagi" untuk membentuk sebuah panel kepatuhan. Panel ini yang akan mengamati proses keputusan selama dua tahun belakangan ini apakah sudah benar-benar dilaksanakan oleh Indonesia. Sebulan sesudahnya, tepatnya Juli 2019 Indonesia akhirnya untuk kedua kalinya dinyatakan kalah lagi dalam gugatan di WTO.

Karena tak ingin malu di dunia internasional, Agustus silam Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan akan membuka keran impor ayam. Pengiriman bakal dilakukan dalam berjangka waktu dari bulan September hingga Desember nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun