Mohon tunggu...
Kel27KKNRDR77
Kel27KKNRDR77 Mohon Tunggu... Kelompok 27 KkN RDR77 UIN Walisongo Semarang

KKN RDR 77 Kelompok 27 UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadikan Anak Cinta Sekolah

17 November 2021   07:38 Diperbarui: 17 November 2021   07:39 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Penulis: Nisa' Ma'rifatika

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Semua orang tua pasti memiliki keinginan agar buah hatinya menjadi anak yang berprestasi di sekolahnya. Namun, banyak sekali orang tua yang terlalu berambisi untuk menjadikan anaknya berprestasi di sekolahnya. 

Mereka menerapkan disiplin yang tinggi kepada anak-anaknya. Memaksa mereka untuk belajar secara rutin setiap malam, membuat mereka mengikuti berbagai macam les yang cukup melelahkan. Padahal, tidak semua anak bisa menerima didikan seperti itu. Akibat yang lebih buruk dari ambisi orang tua tersebut adalah membuat anak menjadi trauma belajar bahkan membenci sekolah.

Berikut ini merupakan beberapa tips menjadikan anak cinta sekolah.

Menumbuhkan Image Positif Tentang Sekolah

Motivasi pada diri anak tidak mungkin bisa ditumbuhkan secara paksa. Bahkan semakin dipaksa, motifasi tersebut semakin sulit muncul. Cara yang terbaik adalah memberikan rangsangan dan stimulus agar motivasi itu bisa muncul dalam diri anak dengan sendirinya.

Tumbuhnya motivasi tentu saja tergantung dengan perasaan anak. Tanda motivasi telah muncul dalam diri anak adalah ketika mereka merasa senang untuk belajar tanpa adanya perintah dari orang tua. Senang tidaknya anak tergantung pada pandangannya terhadap sesuatu. Jika ia memandang sesuatu itu menyenangkan, pasti dirinya akan tertarik dan tumbuh motivasi untuk melakukannya.

Untuk membentuk image positif anak terhadap sekolah bisa dilakukan orang tua dengan cara menanamkan pada pikiran anak bahwa sekolah adalah kegiatan yang menyenangkan. Dimana ia bisa aktif berekspresi menyalurkan nalurinya. Bukan tempat yang menakutkan seperti baying-bayang akan kegagalan ataupun tempat ia terpaksa melakukan hal-hal yang tidak ia sukai.

Sayangnya, kebanyakan orang tua menanamkan pengertian yang salah mengenai pentingnya sekolah. Mereka membuat anak berpikiran bahwa tanpa sekolah hidupnya akan suram, ia akan gagal, nasibnya akan buruk, menjadi orang yang tidak berguna. Pemikiran seperti itu akan membuat pikiran anak terfokus akan ketakutan untuk gagal. 

Motifasinya untuk sekolah hanya satu yaitu supaya ia tidak mengalami kegagalan. Sehingga ketika ia mengalami kegagalan untuk pertama kalinya, maka gugurlah motivasinya untuk sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun