Mohon tunggu...
kellana
kellana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aduan Tanpa Kotak Aduan

6 Desember 2018   12:48 Diperbarui: 6 Desember 2018   15:35 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

20 menit saya adalah total waktu tempuh saya dari medang lestari menuju bonang, padahal kalau menurut google maps hanya butuh 7 menit.

Beberapa bulan terakhir, terlibat (terjebak) dan menjadi bagian dari kemacetan demi proses "perbaikan"  (diberi tanda petik karena baru di bongkar dan belum di perbaiki, yang baru 3 minggu kerjakan secara perlahan entah demi hasil yang lebih baik atau ada alasan lain) jalan raya legok, merupakan aktifitas rutin warga disekitar sini (bonang dan sekitarnya). bukan sekali dua kali perbaikan jalan terjadi di tempat kami, sekitar 4-5 tahun sekali selalu ada perbaikan jalan yang tidak disetai pembuatan parit, selalu ada proses galian kabel yang tanpa diiringi pembuatan lubang inspeksi yang layak.

Menurut obrolan ala warung kopi juga sudah ada aduan dari beberapa warga, mulai dari surat terbuka, laporan dan keluhan mulut sudah terjadi tapi antrian panjang (kemacetan) tetap saja terjadi. mulai banyak yang membahas hati nurani, ketegaan melihat warganya terlibat (terjebak) di kemacetan, ketakutkan akan keselamatan anggota keluarga, dsb. saya tidak mebahas itu, karena hati bukan suatu hal yang riil tampaknya.

Otak, saya yakin dan percaya anda yang bisa membaca tulisan acak adut ini pasti punya otak yang "sehat", dapat diasumsikan juga anda punya jaringan syaraf otak yang bekerja dengan baik, jadi dapat diartikan anda memiliki logika, maka mari berlogika. sebelumnya saya memohon maaf karena logika saya terbatas pada logika seorang penggangguran.

Logikanya proses perbaikan jalan harusnya disertai kebijakan kebijakan yang membantu meminimalisir efek kemacetan seperti pembatasan waktu lintas truk barang, pengalihan arus dsb.

Logikanya selama ini ketika terjadi perbaikan jalan selalu dikerjakan dengan sigap dan teratur, namun kali ini terkesan perlahan dan agak tidak teratur (semerawut), kedua sisi jalan di bongkar dan di tinggalkan, bergerak kebidang jalan lain dan melakukan hal yang sama, padahal bidang yang sebelumnya belum selesai, meninggalkan banyak pertanyaan, "lewat mana ini?", "aduh mentok gak ya?", " kok jalannya di bongkar semua ya?".

Logikanya ketika orang (warga baik itu supir truk, angkot, bapak rumah tangga, pekerja, ibu ibu, dsb) ketika terlibat di kemacetan apalagi dibawah tekanan kelelahan sehari hari, akan banyak yang menjadi berakal pendek dan main terabas sana sini.

Jadi kira kira seperti apa logika anda?

Kepada siapa tulisan ini dibuat silakan berlogika.

Berapa lama logika menghasilkan tindakan berarti? dan bukannya putusan tanpa ujud nyata. mari menanti, terima kasih.

penulis adalah penggangguran :)

menulis di telepon genggam, mohon maaf untuk kesalahan huruf kapital dsb.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun