Tahun ajaran baru kembali dimulai. Sekolah-sekolah pun ramai menyambut siswa baru dalam seremonial Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Sorak sorai, derap langkah anak-anak dengan seragam barunya, dan senyum para guru menyambut masa depan semuanya terlihat begitu sempurna.
Namun di balik gemuruh itu, ada hati-hati kecil yang diam.
Mereka yang tidak mengenakan seragam baru, karena orang tuanya belum mampu membelinya.
Mereka yang melangkah ke sekolah tanpa tangan orang tua, karena harus berjuang sendiri di usia dini.
Bahkan ada yang hanya bisa melihat dari kejauhan, karena biaya sekolah menjadi tembok penghalang.
Saat kita larut dalam euforia, sudahkah kita melihat mereka?
Pendidikan seharusnya menjadi jembatan bukan pagar. Ia hadir untuk semua, bukan hanya untuk yang mampu. Tapi sayangnya, kadang kepedulian pemerintah tak selalu terwujud dalam tindakan nyata di lapangan. Pelaksana kebijakan sibuk dengan dokumen dan laporan, tapi lupa bicara dengan hati.
Hari ini, mari kita belajar untuk lebih peka.
Bahwa belajar bukan soal siapa paling pintar, paling siap, atau paling rapi.
Tapi siapa yang mampu bertahan, bertumbuh, dan dihargai dalam keterbatasannya.
Semoga kita para pendidik, orang tua, pengambil kebijakan, dan masyarakat luas mampu membuka mata dan hati. Menjadikan sekolah sebagai tempat semua anak merasa layak, dicintai, dan diberdayakan.
Karena pendidikan sejati bukan hanya soal kurikulum dan MPLS.
Tapi tentang menjadi manusia yang mendidik dengan hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI