Mohon tunggu...
Inge
Inge Mohon Tunggu... -

Menyenangi KESEDERHANAAN. EGO tidaklah sederhana tetapi CINTA.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Inge: Dialog Imajiner Kekasih_Tuhan (Cinta Tanpa Syarat)

20 Februari 2010   11:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:49 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_78213" align="alignleft" width="225" caption="CintaNya sungguh indah dan melegakan (Dok. pribadi)"][/caption] Kekasih Tuhan (KT): Tuhan, koq Dikau kasih saya cobaan yang sama terus? Tuhan(T): Maksudnya? KT: Gini lho...coba, udah beberapa kali daku menjalin hubungan dengan pria tetapi selalu kandas di tengah jalan. Kayak si Komo lewat aja! T: Tanya kenapa? KT: Ih, Dikau koq jadi dudul! Dikau yang ditanya malah sekarang balik nanya! Gimana, sih? T: Weh, kamunya yang dudul! Maksud-Ku, kamu tanya sama dirimu sendiri untuk menemukan jawabannya. KT: Kan Dikau Mahatahu. Jadi Dikau pasti tahu dong. Tinggal beritahu saja, kenapa! Apa susahnya? T: Ini orang, sudah dudul sembarang pula. Ya gak bisa gitu dong. Itu namanya kamu mau cari enaknya saja ; tidak mau belajar. Kapan kamu bisa mengenali diri kamu sendiri nanti !! Kalau semua sudah Kuberitahu duluan, ntar kamu protes, wah ga enak, dan ga seru !! Udah ada kunci jawabannya…... ! Bener kan ? K: Iya kah? Musti begitu yaaaa ?! Uuugghhh, aneh-aneh saja Dikau ini bikin aturan! T: Nah, mengapa itu semua bisa terjadi? Jangan-jangan kamu yang salah! KT: Enak saja. Yah, macam-macamlah kisahnya. Tetapi ujung-ujung alias akhir-akhirnya semua sama saja. T: Playgirl juga kamu ya ! Emang udah berapa kali kamu pacaran? KT: Emmmmm....belum sampai lima kali sich, baru empat kali lah. T: Gila, men…eh.. dul woman! KT: Oiii! Biasa aja lagi! Dikau juga sih ga jelas kasih definisi cinta. T: O la la…Ntar Kujelasin….Lanjutin dulu ceritamu! KT: Nah, karena satu dan lain hal maka aku harus merelakan mereka pergi. Yang pertama kali terjadi cukup berat bagiku, aku hampir ga sanggup, rasanya aku tidak rela. Namun yang kedua dan seterusnya aku lebih bisa terima, sehingga meskipun sedih, aku tidak ada menyesal. T: Baguslah itu. Artinya kamu belajar dari pengalaman. KT: Iya, tapi mengapa yangkuhadapi hal yang selalu sama seperti ini? Apakah aku kurang sempurna bagi mereka meski mereka mengatakan sebenarnya sangat sayang padaku? Kalau sayang, lalu mengapa mereka pergi ya? Dudul gak sih, kayak gini? T: Boleh jadi karena memang kamu dudul. Tapi bisa juga karena mereka yakin kamu sanggup mengatasi keadaan. Kamu akan baik-baik saja. Siapa takut, gitu loh ! KT: Kata siapa? T: Ih! Nih anak benar-benar dudul deh! Ya kata babeh_helmi! KT: Lho koq babeh_helmi? Apa hubungannya? Orang lagi serius nih! T: Iseng aja. Daku geli lihat tingkah bocah itu dengan kacamata hitamnya ngakak-ngakak sendiri. KT: wuakakakaakakakakakakakakaakakakakakaakakakakak T: Huuusssshhh! Jangan keras-keras tertawanya, ntar penghuni surga pada bangun! KT: Sorry, sayang...nah, back to our previous conversation. Mengapa Dikau beri daku cobaan seperti ini? T: Loohh..Itukan pilihanmu sendiri. Daku hanya beri jalan atau alternatif, jalan untuk mengerti dan memahami cinta, jalan untuk mencintai. Kamu yang bikin keputusan jalan mana yang mau kamu tempuh. Itulah yang namanya KEHENDAK BEBAS yang Kuanugerahkan kepadamu dan yang lainnya. Nah, mengapa kamu memilih menjadi kekasihku? KT: Karena cintamu tak bersyarat. Dikau mau terima aku apa adanya. Saat kujatuh, Dikau tidak menunjuk dengan telunjuk-Mu kearahku, Dikau tidak menyalahkan aku, tetapi malah mengulurkan tangan-Mu untuk membantuku berdiri lagi, dan berjalan kembali dengan tegak. Dan Dikau dukung aku selalu di setiap langkah di jalan yang kutempuh. Salah benarnya keputusanku ini tidak membuat cinta-Mu berkurang terhadapku. Hatiku selalu merasa tenang dan damai berada di samping-Mu meskipun sering rasanya aku menduakan-Mu. Tapi Dikau tak pernah sakit hati dan selalu memaafkan daku. Maafkan aku ya, Sayang... T: Hmmm...kamu pilih menjadi kekasih-Ku dan kamu sendiri tahu bagaimana diri-Ku, bagaimana perjalanan cinta-Ku. Lihat saja apa yang dikatakan Setiawan temanmu itu, tentang Misteri Kebodohan itu; kalau mau ikut Aku, musti siap hidup untuk yang lain. Sebab cinta itu tidak egois. Coba kamu pilih menjadi kekasih Risman, si Pujangga Cinta itu, tentu ceritanya bisa menjadi lain. Bercinta di laut yang basah, wow!!!, mendayung khatulistiwa, sudah panas membakar bergelora pula; sampai-sampai para malaikatpun cemburu melihatnya. KT: Nah, kenapa Dikau gak kasih saya jalan untuk menjadi kekasih dia? T: Wuakakakakakakakakak...maksadotcom! Daku lagi yang disalahin. KT: Ih! Kan Dikau yang bilang tadi! T: Heh….Itu kan hanya perumpamaan aja, dudul! KT: Uugh...dudul! Hampir saja aku Dikau bikin seneng.. he he… Klo dengan Pak Set gimana? T: Huhhhhh sembarang. Apa minta dihajar sama Bu Set? Busset dah kamu ini..; milihnya kog milih-milih hhhhh….. Seharusnya kamu bahagia...dul! KT: Maksud Dikau? T: Duh...mengapa ada ciptaan-Ku yang dudulnya banget-banget gini ya? KT: Woiii!! Dilarang menyesal! Udah kadung terjadi! T: Menyesal sih nggak, cuma gak habis pikir aja...dimana letak salah cetaknya ya? KT: Wuakakakakakakakakaakakakakakakakakkakaka T: Nah ngakak lagi..jangan-jangan mereka pada kabur itu gara-gara ngakakmu, yang banyak nabrak Undang-Undang Perngakakan…ini ya!!! KT: Woii, ini juga bawaan orok… Dikau sendiri yang ngasih. Gimana sih, kog mau cuci tangan kayak Pilatus dulu…Eh…tapi dudul-dudul gini, kan Dikau suka juga, tuh! T: Hhmmm...iya juga sih... KT: Berarti Dikau dudul juga dong,,,wuakakakakakakakaakakak T: Iya ya! Hahahahaah… Memang Daku ciptakan semua secitra dengan-Ku he he..! KT: Oiii! selesaikan dulu yang tadi! Udah ga sabar nih daku!!!! T: Berani juga ya membentak Daku, Tuhanmu? KT: Manusia gicu loh... T: Hmmmm....benar. Nah, seharusnya kamu berbahagia karena dengan melepaskan mereka secara ikhlas maka cintamu membebaskan, memberikan kemerdekaan. Itu namanya kamu memberikan pilihan bebas itu kepada mereka yang memang menjadi hak mereka. Cintamu memberi mereka kesempatan untuk bebas menjadi mereka, tidak membelenggu menjadi seperti yang kamu inginkan. Cinta itu tidak memenjarakan hati. Untuk jelasnya you boleh tanya sama Edi Santana Sembarang eh.. Sembiring. Dia pasti akan bisa meramu kata dengan hebat. Lalu hakekat cinta itu adalah memberi, bukan meminta. Memberi yang terbaik dari dirimu untuk kebaikan orang lain. Dan memberi itu, harus kehilangan dengan rela apa yang diberikan. Jangan diikuti terus. Sudah diberikan kog diikuti terus. Misalnya kamu beri orang tempe bacem, masakanmu yang paling enak sedunia, kalau sudah kamu berikan ya ikhlaskan jadi milik si penerima. Jangan diikuti terus dengan bertanya-tanya, sudah sampai mana ya tempe bacemku? Udah dimakan belum ya? Jangan-jangan sudah dikasihkan orang lain, jangan-jangan sudah dibuang. Wah aku paling tidak suka kalau pemberianku tidak dihargai. Nah, itu tanda ga ikhlas, tanda banyak pamrihnya alias banyak syaratnya. Maksud-Ku, dengan melakukan ini semua, kamu telah berusaha mengajarkan kepada mereka tentang cinta sejati, cinta tanpa syarat. Cinta yang tulus, cinta yang lemah lembut, tidak memaksa. Cinta yang murah hati karena hanya memberi, cinta yang tidak egois karena tidak memaksa melainkan memberi kebebasan kepada orang lain untuk secara merdeka membuat keputusannya sendiri, cinta yang sabar dan sederhana karena tidak membebani. Demikian pulalah cinta-Ku kepadamu. Kan perintah-Ku sudah jelas, “Kasihilah sesamamu, seperti Aku telah mengasihi kamu”. KT: Hmmmm..... T: Koq hmmmm? Kenapa? KT: Aku bahagia telah mencintai-Mu...Tapi omong-omong, untuk mencintai-Mu butuh bentuk dan pengesahan formal gak ya? Woiiiiiii tunggu…. Jangan pergi dulu! Jawab dulu pertanyaanku!................... Sialan…..itulah enaknya jadi Tuhan, suka ngerjain orang….balik-balik suruh cari jawaban sendiri…. Hemmmmm payah deh. Pantesan dudulku ga berkurang-kurang….habis dikerjain terus, kalau ga oleh Tuhan ya manusia wkwkwkwkwkwkwkwkwkw…… Bussett dah…

CodeConverted@MY360MI

*Tulisan ini adalah hasil kolaborasi bersama seorang Kompasianer

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun