Banyak orang mengira sindrom metabolik hanya berbahaya karena memicu diabetes dan penyakit jantung. Padahal, risikonya bisa lebih jauh: memperbesar peluang mengalami demensia atau "pikun" di masa tua. Artikel ini membahas bagaimana sindrom metabolik dan demensia saling berkaitan, serta langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya.
Pernahkah kita membayangkan bahwa kesehatan tubuh sehari-hari bisa memengaruhi daya ingat dan kejernihan berpikir kita di masa depan? Ternyata, hubungan itu nyata. Penelitian menunjukkan bahwa sindrom metabolik yang sering dianggap hanya berhubungan dengan diabetes atau penyakit jantung juga dapat meningkatkan risiko demensia.
Apa Itu Sindrom Metabolik?
Sindrom metabolik bukan penyakit tunggal, melainkan kumpulan faktor risiko yang muncul bersamaan, yaitu:
- Obesitas sentral (penumpukan lemak di perut),
- Hipertensi,
- Gula darah tinggi/resistensi insulin,
- Trigliserida tinggi,
- Kolesterol HDL rendah.
Jika seseorang memiliki tiga atau lebih dari kondisi ini, maka ia sudah tergolong mengalami sindrom metabolik.
Masalahnya, sindrom metabolik sering kali tidak menimbulkan gejala langsung. Banyak orang baru menyadarinya ketika komplikasi serius sudah terjadi.
Mengenal Demensia
Demensia bukan sekadar "pikun" karena usia tua. Ia adalah sindrom penurunan fungsi kognitif yang memengaruhi memori, bahasa, penalaran, hingga kemampuan mengambil keputusan. Penyebab paling umum adalah Alzheimer, diikuti demensia vaskular.
Di Indonesia, jumlah lansia yang terus meningkat berpotensi membuat angka kasus demensia melonjak dalam beberapa dekade ke depan.
Bagaimana Sindrom Metabolik Meningkatkan Risiko Demensia?
Ada beberapa mekanisme yang menjelaskan keterkaitan keduanya: