Mohon tunggu...
KEEFE JAUMIL
KEEFE JAUMIL Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sriwijaya

Mahasiswa Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pentingnya Diplomasi Siber di Masa Pandemi Covid-19

27 November 2021   22:19 Diperbarui: 27 November 2021   22:20 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Nama        : Keefe Jaumil

NIM           : 07041382025154

Prodi         : Ilmu Hubungan Internasional

Institusi  : Universitas Sriwijaya

PENDAHULUAN

Apa yang dipikiran anda ketika mendengar kata “COVID-19”? pastinya yang terpikirkan pertama kali ialah kengerian dari gejala yang menjakit setiap penderitanya. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa virus ini berasal dari coronavirus (CoV), dari flu umum hingga Middle East Respiratory Syndrome (MERSCoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARSCoV). Bentuk baru dari corona virus adalah jenis baru coronavirus (nCoV) yang sebelumnya tidak diidentifikasi  pada orang. Coronavirus adalah penyakit zoonosis. Artinya, ditularkan antara hewan dan manusia. Menurut sebuah penelitian yang telah dilakukan, SARSCoV ditularkan ke manusia dari musang dan MERSCoV ditularkan dari unta ke manusia. Namun, beberapa virus corona diketahui bertebaran pada hewan yang  belum pernah terinfeksi manusia. (Oktiani, 2020)

Pandemi yang berasal dari Wuhan, Tiongkok ini memang sangat meresahkan yang pada akhirnya memaksa kita untuk tetap berada dirumah masing-masing atau work from home. Pada akhirnya, kepemilikan dan penggunaan perangkat elektronik untuk bekerja sudah tidak dapat dihidarkan lagi. Banyak individual yang beralih bekerja secara virtual, tak terkecuali para pelajar dan mahasiswa. Penggunaan internet yang semakin lama semakin padat dan banyak menyebabkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memanfaatkan kesempatan untuk meraih pundih-pundih uang dengan cara membajak perangkat elektronik dan meminta korban imbalan uang agar data-data mereka dapat dikembalikan. Ini tentu menjadi permasalahan berbagai negara yang saat ini masih menerapkan kebijakan lock down dan membatasi kepergian dan kedatangan orang asing ke negaranya.

MARAKNYA PENGGUNAAN INTERNET DI MASA PANDEMI DAN ANCAMAN SERANGAN SIBER

Menurut survei  Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dari tahun 2019 hingga kuartal kedua tahun 2020, 73,7% dari total penduduk Indonesia terhubung ke Internet. Artinya, Indonesia memiliki 196,71 juta pengguna internet aktif dari 266,91 juta. Tidak hanya penggunaan Internet yang melonjak,  penetrasi serangan siber juga meningkat selama pandemi terakhir. Fakta bahwa ratusan juta pengguna terhubung ke Internet membuka kemungkinan bagi penjahat dunia maya untuk melakukan tindakannya. Menurut Badan Sandi Siber Nasional (BSSN), sekitar 88.414.296 serangan digital terdeteksi di Indonesia antara 1 Januari 2020 hingga 12 April 2020.

 Jumlah serangan siber ini meningkat secara signifikan dari tahun sebelumnya. layanan dan situs web yang paling banyak diserang selama pandemi adalah situs web populer dan penting, seperti halaman pemerintah dan pendidikan. Selain itu, Microsoft melaporkan bahwa selama pandemi, serangan siber  juga menargetkan industri yang ditugaskan untuk memerangi pandemi, seperti industri perawatan kesehatan, keuangan, dan transportasi. Ini karena ketidakstabilan dan kengerian yang disebabkan oleh pandemi yang meluncurkan serangan digital. Sekretaris Jenderal Interpol Jurgen Stock percaya bahwa peretas akan menggunakan dinamika ini untuk menyerang korban. (Gisela, 2021)

Karena ketergantungan pada infrastruktur siber, ancaman siber terus tumbuh. Kemajuan teknologi terbaru yang dimungkinkan oleh inovasi dunia maya memengaruhi setiap aspek kehidupan, dengan pemerintah, individu, dan bisnis sangat bergantung pada dunia digital untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pada saat yang sama, lanskap ancaman meluas dengan setiap inovasi dunia maya, dan konsekuensi serangan meningkat dari hilangnya informasi menjadi kerugian ekonomi hingga hilangnya nyawa dan harta benda. Menurut ini, setiap negara menyadari kemungkinan serangan dunia maya untuk tujuan militer dan secara aktif mengembangkan senjata digital  yang dapat mengarah pada perlombaan senjata dunia maya. Konsekuensi dari perlombaan senjata seperti itu akan mengikis manfaat ekonomi dan sosial dari dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun