Mohon tunggu...
Humaniora Artikel Utama

Ayo Kita Bantu Sahar dalam Community Act

17 Oktober 2015   12:22 Diperbarui: 21 Oktober 2015   17:39 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sahar dan teman-temannya di kelas"][/caption]Namanya Sahar Chiyarrinnisa, dia sekolah di SMA Plus Babussalam Cimenyan Kab. Bandung. Sekarang dia sekolah kelas 11 IPS. Teringat saya saat seorang ibu dari perwakilan PKK Desa Ciburial datang menemui Panitia Penerimaan Siswa Baru di SMA Plus Babussalam. Dia datang beserta seorang ibu muda, berniat ingin mendaftarkan seorang anak untuk bisa diterima di SMA Plus Babussalam. Ibu PKK itu menceritakan hal ihwal anak yg akan diajukan untuk sekolah.

Sahar adalah murid yang berprestasi. Saat SD dia selalu jadi juara kelas. Pernah mengikuti lomba seperti Calistung tingkat Kecamatan dan Olimpiade Matematika gugus kecamatan. Di SMP Negeri 35 Bandung, Sahar juga selalu menjadi juara kelas.

Hobinya menulis puisi membawa dia menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba FLS2N cipta puisi tingkat Kota Bandung. Lomba lain Yang diikuti Sahar adalah lomba puisi di Facebook bertemakan “Kerinduan” yang diadakan oleh Goresan Pena Publishing. Karyanya masuk dalam salah satu karya pilihan dan dibukukan dalam buku Mekanika Kuantum 3 tahun 2013 oleh Goresan Pena Publishing yaitu suatu wadah penulis muda yang ingin mewujudkan menjadi Penulis.

Ayahnya Pak Encep Saepudin, mantan Lebe (penghulu) di Desa Ciburial. Pak Encep memiliki 7 orang putra putri, tiga diantaranya sudah berkeluarga, dua orang sudah bekerja tetapi belum menikah, dan dua orang anaknya masih sekolah. Sekarang sudah tidak bekerja lagi karena sakit yang dideritanya. Beliau memiliki penyakit diabetes, Mengalami stroke dan karena itu sekarang kedua matanya menjadi buta (glukoma). kondisi ini sudah berlangsung selama 5 tahun.

[caption caption="Sahar juga aktif di kegiatan Drumb Band Babussalam"]

[/caption]Alhasil, dengan keadaannya ini keinginan untuk menyekolahkan anaknya menjadi terhambat. Sementara itu anak yang masih harus disekolahkan masih ada dua orang, Sahar dan adiknya yang masih belajar di tingkat SMP.

Selama ini yang menanggung biaya sekolah Ashar adalah kakak perempuannya. dia sudah mempunyai dua orang putra. Dia juga bekerja untuk membantu suami menghidupi keluarga kecilnya, sehingga tidak bisa membantu sang bapak untuk menjaga dan melayani di rumah, karena dia sudah memiliki keluarga sendiri. Sementara itu adiknya yang SMP disekolahkan di pesantren tahfidz dibiayai oleh kakak Sahar yang lain.

Sahar masih memiliki ibu yang juga harus bekerja serabutan.  Dengan kondisi suaminya yang sakit-sakitan pekerjaannya sering terbengkalai. Sahar pun harus mengambil sebagian beban dari pundak ibunya. Setiap hari sahar harus merawat bapaknya, menyediakan keperluan bapaknya termasuk pakaian, juga menyediakan makan di pagi hari. Kondisi ini sering menyebabkan Sahar terlambat sekolah.

Bagaimana dengan kondisi perekonomiannya? jelas amat kurang. dengan kondisi bapak yang sakit dan tidak bekerja, uang yang diterima untuk keperluan sahar dan adiknya didapat dari kakaknya, ini jelas tidak cukup.

Uang tetap yang bisa diandalkan untuk keperluan hidup keluarga hanya 250rb per bulan yang diberi dari kakak Sahar yang sudah berkeluarga, ditambah dengan penghasilan lain yang tidak pasti. Jelaslah itu tidak cukup untuk kebutuhan keluarga besar dengan bapak yang sudah sakit.

[caption caption="Sahar bersama Gubernur Jawa Barat dalam salah satu kegiatan"]

[/caption]Belum lagi kebutuhan Sahar setiap bulannya. Ongkos  pulang pergi ke sekolah sekitar Rp 10.000/ hari. Ini belum termasuk keperluan sekolah yang lain seperti membeli alat tulis serta keperluan yang lain di sekolah seperti fotocopy, membeli alat-alat untuk praktikum dan lain-lainnya.

Jika ada tugas yang harus menggunakan internet, Sahar harus mengerjakannya di Warnet dengan waktu yang lama. Tidak terpikir untuk membeli laptop. Untuk masalah makan sehari–hari saja, keluarga ini sangat kesulitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun