Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent |

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Diari Timbangan: Gemuk atau Kurus Punya Kesusahannya Sendiri

17 September 2021   20:08 Diperbarui: 19 September 2021   00:00 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelebihan berat badan adalah momok bagi sebagian besar orang. Terutama untuk para puan. (Sumber: Pexel | Andres Aryton)

Itu terjadi—tepatnya—sejak saya tinggal bersama kakek dan nenek (baca: orangtua dari mama). 

Mama berseloroh, mungkin nafsu makan saya bertambah karena nenek jago masak dan makanan hasil olah masakannya enak-enak. 

Secara keseluruhan, sejak itu nafsu makan saya membaik dan itu berdampak dengan berat badan saya yang semakin naik.

Ya, salah satu faktor naiknya berat badan saya adalah asupan nutrisi—alih-alih saya menduga masa puber adalah waktu yang tepat untuk melakukannya. 

Aktivitas menimbang badan.(Sumber: Pexel | Foto oleh Shvets Production) 
Aktivitas menimbang badan.(Sumber: Pexel | Foto oleh Shvets Production) 

Buktinya bisa dilihat dengan ukuran tubuh saya yang perlahan tambun—meski dalam berbilang tahun saya katakan tidak terlalu signifikan: hanya, jujur saja, tubuh dengan tinggi sekitar 160 sentimeter dan berat badan rata-rata 60-an kilogram CUKUP membuat saya cepat kelelahan dalam melakukan segala macam aktivitas yang menyangkut olah fisik saat berkegiatan. 

Memang saya pernah sedikit kurus saat saya menyusun tugas akhir namun bentuk tubuh tambun saya balik lagi setelah semuanya selesai. 

Sekadar informasi, saya bukan orang yang tergila-gila berolahraga—setidaknya tidak terlalu sering dibandingkan saat pandemi Covid19 (baca: sejak pandemi saya tiap hari workout mandiri melalui aplikasi yang sengaja saya unduh meski hanya 5-10 menit—itu saya lakukan jika jogging di seputaran komplek rumah tidak memungkinkan. Dengan kata lain, pandemi berkontribusi bagi saya untuk lebih aware berolahraga untuk kesehatan). 

Baca juga: "Komat-kamit Covid", Bertahanlah untuk Hidup Itu Lebih dari Cukup 

Untuk mengelola stres sendiri, saya masih belum dikatakan sebagai ahlinya (baca: saya masih terus belajar)—apalagi jika ada satu hal yang jadi bahan pikiran saya. 

Tapi, meskipun demikian—meskipun saya kerap diterjang stres, apalagi soal deadline kerjaan—berat badan saya tidak juga cepat turun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun