Mohon tunggu...
Kayla Apriliani
Kayla Apriliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anthony Giddens beserta Pemikirannya

6 November 2022   15:54 Diperbarui: 6 November 2022   16:03 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anthony Giddens merupakan salah satu tokoh sosiologi yang berasal dari Britania Raya. Ia lahir pada tanggal 18 Januari 1938 di London Utara. Giddens terkenal dengan teori strukturasi dan pandangan menyeluruh tentang masyarakat modern. 

Pendidikan yang ditempuhnya yaitu, tahun 1959 di University of Hull (BA), LSE (MA), dan King's Collage London (Ph.D) pada tahun 1974. Dalam berkarir ia menjadi dosen Univ. Leicester (1961), tahun 1969 dosen sosiologi di Univ. Cambridge dan juga menjadi prefesor sosioligi disana, lalu menjadi Rektor LSE di tahun 1997 hingga mendirikan Polity Press. 

Tulisannya menggabungkan pemikiran klasik dengan kepekaan isu teori sosial kontemporer dan melalui bukunya "The Third Way" Giddens semakin terkenal. Giddens menghasilkan kurang lebih 34 buku dan diantara karyanya tersebut yang paling terkenal adalah "The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuration" tahun 1984. Giddens termasuk tokoh sosiologi  modern yang mengintegrasikan analisis tentang mikro dan makro sekaligus.

Giddens juga mengkritik beberapa sosiolog diantaranya yaitu : Kritik terhadap Marx yang keliru dalam mengasosiasikan kapitalisme dan industrialisme, teori kelas tidak bisa menjelaskan dominasi pra-kelas (dominasi rasial dan eksploitasi seksual). Kritik terhadap Parsons yang mengatakan sistem memiliki kebutuhan karena bagi Giddens manusia lah yang berkebutuhan. 

Menurut Giddens, pandangan dunia lebih dekat ke pemikiran Weber yang titik tolak pemikaran pada tindakan sosial. Dialektika pemikiran Giddens diantaranya yaitu Dualisme (Ketegangan) vs Dualitas (Kompromi) karena selama ini pemikaran ilmu sosial hanya terjebak dalam dualisme, dan Voluntarisme vs Determinisme. Giddens melakukan rekonstruksi terhadap tiga mahzab yaitu Sosiologi interpretatif, Fungsionalisme dan Strukturalisme. 

Dalam Teori strukturasi Giddens ini ingin mengeksplor kekuatan-kekuatan individu atau kelompok mampu membentuk masyarakat. Menurutnya, social action selalu bergulir dari waktu ke waktu, tindakan sosial itu dapat diamati dari dua konsep besar strukturasi yaitu Agen (pelaku) adalah orang konkret dalam arus kontinu tindakan serta peristiwa di dunia dan Struktur adalah aturan atau sumber daya yang terbentuk serta membentuk keterulangan praktik sosial. 

Jadi menurut Giddens, objek utama ilmu sosial bukan pada pengalaman aktor individual, kode tersembunyi ataupun situasional melainkan praktik sosial yang berulang serta terpola dalam lintas ruang dan waktu. Contoh praktik sosial yaitu, Di masa pandemi saat ini berupa mencuci tangan, memakai masker. Ataupun berupa kebiasaan menyebut kepala desa sebagai lurah, korupsi, peminggiran petani, arus lalu lintas, saat antri dan demonstrasi.

Selanjutnya mengenai analisis praktik sosial dengan teori strukturasi Giddens terdapat beberapa konsep dasar yaitu, Pertama, Dualisme adalah fenomena yang menggejala dalam ilmu-ilmu sosial atau tegangan dikotomi antara subjektivisme vs objektivisme dan voluntarisme vs determinisme. Akar dualisme ini terletak pada kesesatan dalam melihat objek kajian ilmu sosial.

  • Subjektivisme dan voluntarisme : cara pandang tindakan/pengalaman individu di atas gejala keseluruhan.
  • Objektivisme dan determinisme : kebalikannya gejala keseluruhan diatas tindakan/pengalaman individu.

Kedua, Dualitas yaitu Hubungan antara pelaku (tindakan) dan struktur merupakan relasi dualitas dan terjadi pada praktik sosial yang berulang dan terpola dalam lintas ruang dan waktu. Dualitas dalam praktik sosial terletak dalam fakta adanya sebuah "skemata" mirip aturan yang menjadi prinsip bagi praktik di berbagai tempat dan waktu. Skemata adalah hasil (outcome) keterulangan tindakan dan sekaligus sarana (medium) bagi berlangsungnya praktik sosial. 

Skemata inilah yang disebut Struktur. Struktur dalam praktik sosial, sebagai prinsip mengatasi waktu dan ruang karena itu struktur bisa ditetapkan dalam berbagai situasi dan juga bersifat memberdayakan. Itulah yang menyebabkan struktur dipandang sebagai sarana. Terdapat tiga gugus besar struktur sebagai berikut:

  • Signifikasi (S) : menyangkut skemata simbolik, penyebutan dan wacana. Contohnya, menyebut kepala desa sebagai lurah atau menyebut orang yangg mengajar sebagai guru.
  • Dominasi (D) : mencakup skemata penguasaan atas orang (politik dan penguasaan atas barang/hal (ekonomi). Contohnya, menyimpan uang di bank (ekonomi), pemungutan suara dalam pemilu (politik)
  • Legitimasi (L) : menyangkut skemata peraturan normatif yang terungkap dalam tata hukum. Contohnya, Iuran desa, SPP dan lainnya.

Selain itu, terdapat kaitan antara Prinsip Struktural dengan Praktik Sosial yaitu pertama,  Dalam konsepsi struktur sebagai sarana praktik sosial. Dimana tindakan dan praktik sosial berkomunikasi selalu mengandaikan struktur signifikasi yang bersifat tertentu misalnya tata bahasa. Ataupun Penguasaan atas barang dan orang melibatkan skemata dominasi sebagimana penerapan sanksi mengandaikan skemata legitimasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun