Mohon tunggu...
Katrokelana Kelana
Katrokelana Kelana Mohon Tunggu... -

hanya orang bodoh yang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Malu Hamil dari Nikah Siri

15 Desember 2013   23:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:53 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sewaktu tinggal di kost-kost-an, ada tetangga kamar yang sedang hamil. Dari besar perutnya diperkirakan sih sekitar 7 bulan-an. Orangnya sendiri baru pindah sekitar 2 bulanan ke tempat kost-an sya. Perempuan ini jarang sekali keluar kamar. Palingan keluar kalo mau beli makan atau jemur cucian. Setelah itu tak pernah keliatan nongol ke luar.

Suatu waktu tanpa sengaja bertemu saat sama-sama jemur pakaian di lantai atas.

“Mba, kok jarang keliatan keluar kamar?”

“Ya gitu De, suka pusing…”

“Mba sendirian di sini, suami Mba ke mana kok jarang kelihatan?”

“Ya, dia jarang ke sini…seringnya ya di yang pertama”

“O…maaf…maksudnya Mba ini istri keduanya Bapak.”

“Ya, nikah sirri…”

“Istri pertamanya tau?”

“Katanya sih tau…makanya saya agak takut-takut kalo keluar rumah”

“Takut kenapa Mba?”

“Takut ‘diontrog’ (diserbu istri pertama) De…” (emang perang…. :D)

“Oh..begitu…”

“Kenapa nikah sirri…kok gak terang2an aja?”

“Kata si Aa, yang penting sah aja dulu secara agama, tadinya malah gak mau hamil taunya kebobolan juga …”

“Ya kalau nikah terus hamil kan wajar Mba…”

“Iya sih, tapi kok bisa-bisanya saya mau jadi istri kedua ya….”

“Emang gak enak ya Mba?”

“Mana ada istri kedua yang bahagia…?”

“Ya nikmati aja Mba, mungkin ini emang takdir dari Tuhan buat Mba…”

“Takdir yang jelek”

“Jangan begitu Mba, setiap kejadian pasti ada hikmahnya…”

“Hikmahnya, ....hidup saya sengsara …perut mengembang…saya jadi malu kalau ketemu orang”

“Gak perlu malu Mba, di Puncak-Bogor ratusan pasangan nikah sirri untuk beberapa hari gak malu tuh Mba…”

“Ya, harusnya begitu”

“Lagian kan gak ada orang yang dirugikan…”

“Ya…ya … makasih nasehatnya.”

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun