Mohon tunggu...
Katerin Darmaya
Katerin Darmaya Mohon Tunggu... Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hallo, semoga artikel saya bisa bermanfaat untuk Anda. Terima Kasih !

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Peralihan Teknologi Mekanik ke Digital

12 Maret 2020   10:15 Diperbarui: 15 Maret 2020   20:45 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tahun 80-an tidak sekadar meninggalkan sistem elektronik analog. Namun, lebih jauh telah menuju era informasi. Revolusi digital tak hanya mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan, tetapi juga membuat perubahan besar dalam membentuk perilaku.

Ikatan positif cultural, sosial, dan spiritual berupa hubungan kemanusiaan, persahabatan, persaudaraan, kasih sayang, dan kekeluargaan yang menjadi perekat kehidupan bangsa.

Canggihnya teknologi digital, tidak hanya memudahkan manusia, namun juga memperbesar tantangan sekaligus mudaratnya. Informasi apapun mudah diakses.

Manusia telah dimudahkan untuk mengakses berbagai informasi lewat berbagai cara. Di Indonesia, revolusi digital sangat kental semenjak reformasi pada 1998.

Internet dan televisi yang bagi sebagian orang menganggap sebagai sarana rekreasi dan pelarian. Program musik, sinetron, hingga iklan mendidik anak-anak muda menyukai hura-hura, membolos, menyontek, berwatak kasar, cengeng, pemalas, melawan orang tua, hingga menjadi perokok, pencandu miras, narkoba, dan lain-lain.

Program talkshow yang diharapkan akan lebih mendidik, namun nyatanya hanya mendatangkan horror dan lebih banyak menawarkan sensasi ketimbang solusi.

Game di internet maupun telepon genggam dan computer pribadi juga terkadang mempengaruh anak jadi malas untuk belajar, karena memilih untuk sibuk dengan permainan yang sedang hits.

Untuk itu kita harus mengejar ketertinggalan sekaligus mengalihkan paparan era layar, bangsa ini harus kembali mengedepankan budaya literasi. Dan maraknya tontonan tak bergizi harus dilawan dengan kreativitas pengetahuan dan keterlibatan kaum ''awas''.

Dengan cara mengajak anak untuk membuat karya sendiri agar membentuk karakter dan tatanan masyarakat di hari esok. karena, karya kita akan menjadi penentu baik buruknya dan tegak hancurnya peradaban. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang percaya diri dan mengenal serta mencintai budayanya sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun