Siapa yang tidak pernah berbohong? Lebih banyak berbohong atau berkata jujur? Kenapa kebohongan lebih menjadi pilihan daripada kejujuran? Di dalam diri seringkali terjadi peperangan, antara ego dan nurani untuk memilih berbohong atau berkata jujur.
Akhirnya ego memegang kendali dan kebohongan menjadi menu sehari - hari. Padahal jujur itu nyaman dan damai, sementara kebohongan membuat diri gelisah dan terjebak dalam kesalahan.
Kebohongan Melahirkan Rasa Tidak Damai
Mengapa hidup kita belum bisa damai? Salah satunya karena kebohongan masih bersemayam dalam diri kita. Kebohongan baik kita dari atau tidak akan menghadirkan ketidaknyamanan bagi tubuh kita. Kebohongan akan menyakiti jiwa.
Bukan omong kosong kalau satu kebohongan akan melahirkan kebohongan demi kebohongan lagi. Bisa jadi akan lahir seribu kebohongan hanya untuk menutupi satu kebohongan.
Kebohongan akan menyebabkan kegelisahan, ketakutan, kekhawatiran dan kebingungan. Bagaimana ada rasa damai bila demikian?
Secara sadar kita tahu bahwa kebohongan itu tidak baik dan bertentangan dengan nurani, itu sebabnya rasa tidak nyaman akan selalu menyertai walau kita berusaha menutupinya.
Berbohong Itu Susah
Sebenarnya kalau dipikir - pikir untk berbohong itu susah sekali. Apalagi baru pertama kali melakukannya. Perlu kesempurnaan dan akting untuk melakukannya, agar tidak diketahui.
Yang jelas pertama sekali akan terjadi perang batin dan bikin badan merinding. Selanjutnya harus akting untuk meyakinkan kalau yang dikatakan itu benar. Untuk itu perlu mengajak kerja sama orang lain untuk mendukung kebohongan kita.
Kemudian juga harus dipersiapkan kebohongan berikutnya sebagai cara menutupi kebohongan sebelumnya, agar kebohongan yang ada berjalan mulus.