Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Panjang Umur

2 September 2018   11:04 Diperbarui: 21 September 2021   12:20 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tempat nongkrong favorit saya di pabrik adalah di klinik. Kebetulan bidannya cantik dan asyik untuk diajak 'ribut'. Maksudnya? Karena dia tahu saya ini pendukung Pak Jokowi, sedangkan dia pendukung berat Pak SBY, yang ganteng katanya.

Kalau bicaranya soalnya politik, kami ini tidak pernah akur dan  pasti akan ada 'perang' kata.  Namun tidak sampai bacok-bacokan, apalagi sampai peluk-pelukan. Bahaya dong.

Entah pertanda apa hari itu kami ngomongnya akur, bahas soal 'panjang umur'. Saya bilang,"Kenapa ya orang doanya supaya panjang umur? Coba kalau sama Tuhan benar - benar dikasih umur 150 tahun, apa tidak repot?"

Lantas ia bercerita, bahwa neneknya yang berumur 90 tahunan baru meninggal dunia. Mencapai umur sekian saja neneknya sudah bosan hidup. Karena kalau dengar kabar ada yang meninggal dunia neneknya selalu mengatakan, kenapa bukan dia saja yang meninggal?

Apa gunanya kalau hidup dengan umur yang panjang hanya untuk menghabiskan waktu untuk makan, tidur dan menyusahkan orang lain? Bagaimana kondisinya bila mencapai umur 150 tahunan? Apa tidak sudah super pikun, cuma bisa tidur di ranjang dan sakit-sakitan?

Jadi Benarlah bahwa Nilai Kehidupan Manusia bukan Terletak pada Umurnya yang Panjang. Namun  dapat Memahami Keberadaannya di Dunia Ini dan Memanfaatkan Setiap Waktu yang Ada Bagai Permata Itu yang Lebih Berarti

Yang paling utama tentu memahami apa tujuan hidup sesungguhnya sebagai manusia? Apa makna keberadaannya hidup di dunia? Apakah sudah berarti bagi sesama makhluk hidup? Berasal dari mana dan harus kembali ke mana kelak? Apakah ada membina diri, sehingga mengenal dirinya dan menjadi manusia seutuhnya?

Bila hanya memahami bahwa hidup ini hanya untuk seperti umumnya dijalani, waktu kecil bermain, lalu bersekolah, kerja atau berkeluarga, punya anak, memenuhi kebutuhan hidup makan dan minum, tidur serta menjalankan rutinitas sosial dan agama.

Pada saat memasuki usia senja bisa dibayangkan, tentu begitu membosankan hidup ini. Tiada gairah lagi. Padahal setiap waktu yang tersedia begitu berharga bagi yang sungguh - sungguh memahami berartinya waktu.

Jadi bukan panjangnya umur kehidupan manusia yang menjadikan dirinya berarti, tetapi nilai - nilai kehidupan  berarti yang telah diberikan pada dirinya dan orang lain.

||Pembelajarandarisebuahperistiwa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun