Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dahulu, Kini dan Nanti

21 April 2018   17:02 Diperbarui: 21 April 2018   17:15 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada kata-kata bijaksana, hiduplah untuk hari ini, jangan memikul  masa lalu, dan merisaukan masa depan yang belum pasti.

Bicara tentang masa dahulu, kini dan nanti ada yang bisa menjadi inspirasi. Semua adalah tentang waktu kehidupan di dunia yang fana ini.

DAHULU, masa yang telah berlalu. Bahwa jangan melihat seseorang dari masa lalunya yang bernoda. Tetapi pandanglah dirinya yang sudah berubah pada saat ini. Sungguh tak elok melekat perilaku buruk masa lalu dan menghakimi.

Apalah guna terbuai masa lalu dalam rasa bangga. Menggali memori demi untuk meninggikan ego. Sebaik dan sehebat apapun masa lalu tiada guna, bila tak menjadikan hidup hari  ini menjadi bernilai.

KINI, adalah kehidupan yang sedang dijalani. Setiap detik akan menjadi berharga. Sebab akan menjadi nilai pada masa nanti. Mengerahkan segala daya upaya fokus hidup pada masa kini merupakan pilihan yang bijaksana dan seharusnya.

Apa yang dilihat pada saat ini belum tentu akan menjadi kebenarannya. Sebab hidup adalah perubahan tiada henti, itu adalah yang pasti. Menilai seseorang akan hidupnya saat ini bisa jadi akan menjadi kesalahan pada masa nanti.

NANTI, masa depan yang belum pasti, sebab masih banyak misteri yang meliputi. Tetapi betapa banyak yang merisaukan dengan sepenuh hati. Memikirkan sepanjang waktu yang menjadi beban dan derita.

Masa depan yang belum terjadi, bahkan menjadi ketakutan untuk menjalani. Sungguh ini membodohi diri. Tidak percaya pada Kuasa Ilahi. Bahwa hidup dalam percaya pada-Nya, ada jaminan masa depan yang pasti. Inilah kebenaran yang tak dapat diingkari.

||Refleksihatiuntukmenerangidiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun