Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gempa, Guyonan, dan Keyakinan

24 Januari 2018   14:29 Diperbarui: 24 Januari 2018   15:51 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gempa, Kepanikan, Guyonan, dan Keyakinan 10:01:52 | 24 Januari 2018

Siapa yang tidak panik ketika ada goncangan yang tak biasa terjadi? Apalagi semakin lama semakin kencang dan ada barang yang berjatuhan. Kepanikan. Itulah yang terjadi.

Sekarang ini urusan gempa memang sedang hangat jadi pembicaraan sampai guyonan akibat gempa bumi yang terjadi di Banten dan Jakarta pada Selasa, 23 Januari 2018. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa berkekuatan 6,4 SR sekitar pukul 13:34:50 WIB dengan pusat gempa di Barat Daya Lebak, Banten.

Selain panik dan ketakutan yang umum terjadi akibat gempa bumi yang paling menarik pada kekinian adalah bencana menjadi guyonan di media sosial. Baik berupa kata-kata, gambar atau video. Luar biasa.

Apakah karena sudah kehilangan empati? Tentu tidak semudah itu memastikan. Bisa saja ini hanya terjadi di media sosial sebagai hiburan atau lucu-lucuan. Kenyataannya di dunia nyata tetap peduli dan berempati dengan memberikan bantuan dan merasakan kesedihan. Maklum zaman standar ganda, antara kehidupan di media sosial dan dunia nyata bisa berbeda.

Namun bicara soal kepantasan tentu masing-masing bisa menjawabnya. Masalahnya adalah kadang kita tanpa sadar terjebak antara pantas dan tidak. Masalahnya lagi pantas atau tidak menurut standar apa dan siapa.

Sekali lagi kenyataanya hari ini adalah bencana telah menjadi guyonan di media sosial yang bisa membuat tertawa lepas atau geitr. Apakah yang sekonyong-konyong tertawa karena melihat meme lucu berkaitan dengan gempa juga telah melakukan hal yang tidak pantas?

Ini memang fenomena kehidupan masa kini yang menantang kita masing-masing untuk menyikapinya. Termasukmenyikapi secara nyata ketika berada di tempat kejadian gempa.

Kejadian gempa baru ini membuat saya terkenang kembali dengan apa yang saya alami secara langsung saat gempa. Ketika tahun 2000 - 2002 pernah tinggal di Kota Serang.

Selama tinggal di sana pernah mengalami sekali gempa bumi. Waktu sore ini sedang berada di lantai 2 membaca-baca buku. Tiba-tiba badan terasa bergoyang ada suara 'ngiut-ngiut' dan tikus berlarian. Belum sadar bila sedang terjadi gempa.

Ketika terdengar orang-orang berteriak bahwa terjadi gempa, barulah sadar apa yang terjadi. Segera saya beranjak dan menuruni tangga. Namun baru langkah pertama sudah tertahan. Terjadi perang batin cepat-cepat turun atau kembali untuk sembahyang dan berdoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun