Apakah kita sering menilai suatu kejadian dengan pemikiran kita sendiri tanpa belajar untuk memahami?
Yang akhirnya kita mengambil kesimpulan, tidak habis pikir. Kenapa seseorang bisa berbuat seperti itu? Kenapa orang tersebut memiliki sifat seperti itu?
Kalau saya, jangan ditanya. Ujung-ujungnya saya sampai tidak habis pikir. Untunglah bukan kehabisan pikiran. Gawatlah kalau itu yang terjadi.Gila namanya. Jadi saya masih bisa berpikir dan menuliskannya.
Masalah membuang sampah sembarangan sudah menjadi fenomena di mana-mana. Padahal  kita tahu, kebersihan adalah sebagian dari iman. Apa berarti yang suka sembarang  buang sampah tidak beriman? Wah itu mesti yang berkompeten yang menjawab.
Diabrik saya bekerja sama saja. Tong sampah ada di setiap sudut. Tulisan dilarang membuang sampah dan sanksinya berserta pasalnya lagi terpasang mencolok mata.
Namun luar biasa, sampah tetap berceceran di sana-sini. Terutama di kantin. Ada yang sudah niat buang pada tempatnya. Tetapi cuma diletakkan di atas tutupnya.
Bagaimana tidak geleng-geleng kepala tidak habis pikir? Saya mencoba memberikan solusi. Termasuk yang saya jamin 100 persen berhasil dan  dalam sekejap lingkungan pabrik akan bebas sampah.
Yakni, barangsiapa yang membuang sampah pada tempatnya akan mendapat bonus Rp 100.000. Sayang dianggap angin lalu. Solusi itu karena sudah tidak habis pikir.
Saya dapat informasi dari bagian keamanan ada ijazah asli pelamar kerja yang tertinggal. Lama belum diambil. Ada rasa kasihan. Namun ada rasa enggan mengantarkan.
Saya mencoba cari informasi barangkali ada karyawan yang tinggal di sana. Ternyata memang ada. Supir yang biasa membawa orang dari Korea. Saya kasih alamat untuk memastikan pemilik ijazah tersebut memang tinggal di situ.
Tanya sekali, belum sempat. Dua kali belum sempat. Akhirnya ketika ingat setelah sekian bulan saya tanya, belum sempat juga.