Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis, Mengetik, Mengeja dan ...

4 Desember 2017   00:05 Diperbarui: 4 Desember 2017   00:51 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal-awal  menulis artikel untuk posting di blog, saya  menulis di selembar kertas di buku tulis. Kemudian baru  ketik di Hp atau di komputer.

Setelah sekian lama, Saya tidak lagi harus menulis di selembar kertas. Tetapi langsung diketik. Sekian lama hal ini berlangsung. Tepatnya masih dilakukan pada saat ini. Namun porsinya sudah berkurang.

Sebab sekarang ini untuk menulis sebuah artikel, lebih sering menggunakan cara dengan mengeja. Apa yang dieja akan muncul di layar seketika. Memanfaatkan salah satu kemajuan teknologi. Cara ini sangat  membantu sekali. Walau  masih ada kekurangan disana-sini dan kadang salah mengeja.

Dari menulis, mengetik, lalu mengeja, saya jadi bermajinasi, mungkin suatu saat nanti cukup dengan membatin. Kemudian kata-kata itu akan muncul di layar telepon atau komputer. Bisa saja, bukan?

Pada pembukaan tulisan ini membahas tentang menulis. Namun tidak ada hubungannya dengan mengajar cara  atau tips menulis. Lebih pada soal perubahan. Semua pasti sudah paham, bahwa hidup ini adalah perubahan yang tiada henti.

Dalam hal ini tentu harus bijak untuk menyikapinya. Tidak asal mengikuti perubahan. Pada prinsipnya perubahan yang membawa kepada kemudahan dan kebaikan tentu perlu mengikuti.  Tidak usah kaku dan keras kepala bertahan dengan cara lama. Merasa sudah nyaman dan terus berpikir tidak perlu mengikuti perubahan.

Seperti sudah dikatakan bahwa perlu bersikap bijak dalam mengikuti perubahan. Tidak asal ikut alias kebablasan.

Ada nilai-nilai luhur kehidupan dan  hakikat kebenaran yang tetap harus dipertahankan. Seperti tentang moral etika. Tata krama dan sopan santun.

Akibat mengikuti perubahan yang kebablasan, hari-hati ini bisa disaksikan perilaku masyarakat yang mengabaikan etika dan  tata krama. Dianggap sudah kuno.

Perilaku dan cara berpakaian atas nama mengikuti perubahan  akhirnya berlaku semaunya. Ajaran tentang berbakti kepada orang tua pun semakin ditinggalkan. Anak bersikap kurang ajar pun sudah dianggap hal yang biasa. Lihat muka pocong.

Prinsipnya  yang penting pintar. Soal yang lain omong kosong. Katanya zaman sudah berubah dan kini zaman teknologi. Bicara moral etika itu cocoknya pada zaman kuda gigit besi. Ngeri kali.

Inilah tantangan zaman kehidupan masa kini. Bagaimana mengikuti perubahan zaman dan tetap memertahankan nilai-nilai luhur kehidupan? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun