Ada alternatif, geotermal yang renewable, panel surya, tenaga angin, tenaga air. Tapi penggunaannya juga sulit, karena ada cost benefit-nya misal tenaga angin panel surya punya kadmium yang bisa mengontaminasi kesuburan tanah dan radiasi yang dapat mengganggu aves atau burung.
Tiaw: Lebih ke dampak lingungkan, memang setiap energi ada trade off, maka sebaiknya pemerintah coba mengontrol corporate social responsibility (CSR). Buat badan independen untuk mengurus CSR dari pusat.
Haryo: Aspek politik itu, tergantung siapa yang diatas, baik 01 atau 02, untuk energi ini tidak akan terlalu diurusi. Kemarin ikut diskusi di teknik, Pak Aas* mendapat jawaban dari Jokowi bahwa "Batu bara terlalu rumit untuk kepentingan di dalam dan luar maka akan lebih concern ke EBT yaitu ke RnD nuklir yang dianggap lebih banyak dampak negatif oleh masyarakat." Pemerintah membangun RNG. Apakah nuklir lebih murah per kwh? (*: Salah satu panelis debat Capres subtema energy.)
Anggit: Dari awal terlalu khawatir terhadap dampak lingkungan, polusi, dan sebagainya. Padahal pada semua pandangan selalu ada anggapan pada jangka panjang dan pendek. Memang dampaknya akan negatif kalau pendek, kalau panjang ada keterkaitan kurva kuznet, yang berisi jika pertumbuhan ekonomi tinggi, maka kualitas lingkungan akan menurun, tapi kalau GDP efektif, kualitas lingkungan dapat naik.Â
Jika sedari tadi membicarakan pemerintah, kenapa tidak mencoba bersuara padahal masyarakat juga punya kekuatan bargaining power. Masyarakat yg turut mengerti akan menambah kepedulian. Di AS ada gerakan green new deal (berkaitan dengan ramah lingkungan), yang intinya tuntutan masyarakat dapat didengar oleh pemerintah. Contohnya mengurangi sendawa peternakan dan penggunaan batubara.
Christian: Energi merupakan domain Negara, karena terkait dengan hajat hidup orang banyak. Meski ramah lingkungan, energi yang digunakan secara masif dapat  menaikkan pengeluaran fiskal pemerintah. Maka sudut pandang ekonomi untuk batubara adalah guna menurunkan pengeluaran fiskal untuk dialokasikan bagi pembangunan. Hanya inovasi yang dibutuhkan Indonesia untuk menjaga keefisienan.
Research and development harus diagendakan untuk masyarakat, logika kita sederhana, maju, kaya dulu, lalu RnD-nya dibangun.
Farrel: Ketika Indonesia belum punya masyarakat yang sejahtera, agenda melakukan penggunaan aset untuk menghasilkan energi terbarukan tentu biayanya besar. Itu belum urgent untuk dilakukan. Misalnya saja untuk pembangunan sudah menuai sentimen negatif dari publik. Bagaimana yang benar? Bersama atau sejahtera dulu?
Anita: APBN in long term mau jadi seperti apa? Private public policy? Maka pemerintah dengan keterbatasan dapat tetap melakukan pembangunan dengan kerjasama swasta. Kendala finansial kurang mumpuni, kita hanya mampu membeli hal hal sepele seperti makanan, rumah yang nyaman. Indonesia dengan negara lain tidak jauh beda jika dilihat dari individu-individunya.
Kesimpulan: Indonesia sebagai emerging market ekonomi untuk pembangunan berkelanjutan yang stabil tentu butuh energi, meski sekarang masih takut dengan dampak jangka pendek yaitu kesehatan dan lingkungan. Tetapi untuk menghindari dampak jangka panjang, dapat dilakukan Research and Development (RnD). RnD sangat diperlukan untuk melakukan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang stabil.
FGD Sesi Tambahan
Syarif: Mengenai pembuatan nuklir. Kenapa nuklir? Padahal daerah ring of fire kurang cocok. Sementara itu di daerah tersebut panas bumi lebih mudah ditangani di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.