Mohon tunggu...
MArifin Pelawi
MArifin Pelawi Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa S3

Seorang pembelajar tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Money

Anti Tenaga Kerja Asing dan Kemunafikan

27 April 2018   16:35 Diperbarui: 5 Mei 2018   00:50 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Banyak hal yang menyedihkan belakangan ini terjadi di Indonesia. Ada inovasi anak bangsa yang seharusnya didukung malah ditenggelamkan. Selain itu seorang Professor politik lulusan Amerika yang menyatakan bahwa pengajian harus ikut politik. 

Seorang ahli yang seharusnya tahu bahwa ketika agama dipolitikkan adalah penyebab penindasan oleh "orang-orang suci" sehingga agama itu hancur dan kehilangan banyak pengikutnya dan ditinggalkan. 

Banyak orang lalu ikut agama hasil protes yang berdasarkan penelitian malah disebut sebagai penyebab kemakmuran Eropa. Tapi ini bukan domain saya dan bapak Professor itu mungkin jauh lebih tahu dari anak bawang yang hanya belajar sekedar, jadi biarlah membahas hal yang lain.

Hal yang menjadikan kesedihan dan merupakan basis ilmu saya adalah mengenai tenaga kerja asing. Sebagai seseorang yang belajar ilmu ekonomi berbasis human capital, banyak hal yang menyedihkan ketika kita mengamati banyaknya para penentang dari peraturan anti tenaga kerja asing. Bukan karena logikanya salah dan secara  basis ilmu ketika memaparkan salah yang menyebabkan pemaparan mereka menjadi menyedihkan. 

Ada seorang politisi yang secara berapi-api mengkritik kebijakan tersebut dan sekaligus menyatakan bahwa sebaiknya mengutamakan tenaga kerja Indonesia karena sudah cukup berkualitas. Menjadi menyedihkan untuk mendengar pernyataan politisi tadi ketika melihat dari Jam tangan yang dikenakannya, pakaian jas yang dipakainya dan penampilannya. Semua berbau asing. 

Dengan kata lain, dia mengkritik pemakaian tenaga kerja asing tapi seluruh penampilannya menunjukkan bahwa dia menyukai produk dari luar negeri. Menjadi terlihat munafik dan menyedihkan meminta melarang tenaga kerja asing tetapi memakai produk yang didesain, dibuat (tenaga kerjanya hampir pasti 100% asing), perusahaannya dimiliki serta pajak perusahaannya murni tidak ada yang memberikan kontribusi positif bagi negara, yang ada bahkan memberikan efek negatif pada devisa negara.  

Besarnya kritikan atas tenaga kerja asing terlihat menyedihkan. Secara logika dan keilmuan, hal yang mereka sampaikan baik dan patut dihargai. Namun, ketika para pengkritik itu diperiksa mungkin seluruh hal yang mereka pakai kemungkinan besar mengandung produk lokal mungkin tidak sampai 50%. Ditambah lagi jika mereka banyak mengambil basis keilmuan, tempat sekolahnya dan bahkan mungkin musik serta film yang ditontonnya bukan dari Indonesia.

Hal yang perlu diperhatikan disini mengapa anti terhadap tenaga kerja asing menjadi menyedihkan adalah obsesi bangsa Indonesia terhadap produk berbau dan dimiliki oleh orang asing. Kepedulian terhadap produk itu buatan Indonesia hampir nol. Semua dengan alasan kualitas. Kualitas buatan luar selalu dianggap lebih baik. Lebih mentereng dan lebih berharga. 

Tempat nongkrong yang keren tentu saja yang berbau produk luar. Dari mulai buah, sampai produk perawatan kuku sampai ujung rambut. Bahkan wajah orang yang dianggap cantik dan tampan secara kultur adalah mereka yang merupakan produk keturunan serta memiliki darah luar. Sangat jarang artis terkenal Indonesia yang merupakan produk asli gen dalam negeri kecuali pelawak yang dijadikan bahan ejekan maka pasti produk asli dalam negeri.

Di tengah kultur yang mendewakan produk luar lalu menolak tenaga kerja asing menjadi sesuatu yang terlihat hipokrit dan munafik. Indonesia telah menjadi bagian dari globalisasi. Kita boleh mengkritik dan memaki globalisasi sesuka mungkin. 

Tetapi tidak bisa menghalangi produk luar untuk dipakai dengan pembatasan secara peraturang karena sangat mudah untuk memasukkan secara illegal selama permintaan atas produk itu besar. Indonesia terlalu besar dan memiliki beribu jalur yang mudah dimasuki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun