Mohon tunggu...
Kasiani S.ST
Kasiani S.ST Mohon Tunggu... TPP ACEH

Pendamping Lokal Desa di Manyak Payed, Aceh Tamiang. Menulis untuk mendokumentasikan kerja-kerja sunyi di desa, menyuarakan realita lapangan, dan menerjemahkan bahasa kebijakan dengan suara warga. Saya bukan jurnalis, tapi setiap hari mencatat apa yang saya lihat, dengar, dan rasakan di desa. Karena yang dianggap biasa oleh orang kota, seringkali adalah perjuangan besar bagi warga desa.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sawah Haus, Pompa Berbunyi dan Petani Menari : Cerita dari Kampung Seuneubok Pidie #KompasianaDESA

4 Juli 2025   13:51 Diperbarui: 4 Juli 2025   13:51 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Musim Sawah di Kampung Seuneubok Pidie (Sumber : Penulis )

Yang membuat saya salut, gotong royong tetap hidup. Sungai dibersihkan ramai-ramai. Bapak-bapak, anak muda, bahkan emak-emak ikut memasak ayam kampung di pinggir sungai. Kebetulan saat itu ada tradisi tulak bala. Ibu-ibu memasak di pinggir sungai, imam desa memimpin doa, makan bersama, lalu anak-anak mandi di sungai. Sungguh pemandangan manis. Kampung kecil, tetapi hatinya besar.

Pertengahan Juni 2025, suara mesin pompa mulai meraung. Bagi orang kota, mungkin bising. Bagi petani Seuneubok Pidie, suara pompa adalah musik pengiring doa. Air sungai disedot, dialirkan ke sawah. Lumpur yang semula kering merekah lagi, siap disemai benih harapan.

Sekarang, sekitar 100 hektare sawah sudah teraliri air. Memang masih ada 50 hektare yang menunggu giliran, karena paritnya belum lengkap dan sebagian petak sawah posisinya lebih tinggi. Tapi tak apa, pelan-pelan. Namanya juga pembangunan desa kalau mau cepat, ya jadilah pembangunan ibu kota. Iya kan?

Kalau air sungai disedot sembarangan, bisa jadi malapetaka. Karena itu, di kampung ini ada lembaga adat bernama Keujruen Blang. Di Seuneubok Pidie, jabatan ini dipegang Pak Muhammad Amin, orang sabar yang jarang lepas dari rokoknya.

Tugas Pak Amin berat, kita mana kuat, biar beliau saja. Bagaimana tidak? Beliau harus rajin mengecek air. Kalau air laut pasang, sungai asin, maka pompa harus dimatikan. Kadang air tawar datangnya tengah malam, beliau tetap berjaga. Pernah saya tanya, "Na hek, Pak?" (Capek nggak, Pak?) Beliau hanya tersenyum, "Nyee long merasa hek matee mandum pade, Buk." (Kalau saya merasa capek, semua padi mati, Buk.) Begitulah keikhlasan beliau untuk kampung, tanah kelahirannya.

Sebagai bentuk terima kasih, petani sepakat membayar Rp20.000 per rante per musim tanam. Ini bukan gaji, ini wujud syukur. Tanpa Keujruen Blang, air bisa jadi racun untuk padi.

Kisah pompanisasi ini belum selesai. Masih ada saluran parit yang harus dibangun. Masih ada sawah di ujung kampung yang menunggu giliran air. Saya tahu betul, Datok Penghulu masih memutar otak bagaimana melanjutkan pembangunan ini di RKPDes berikutnya.

Kalau saya ditanya apa pelajarannya? Satu: Dana Desa itu cuma angka. Tanpa musyawarah, partisipasi, dan kopi pahit yang mendampingi diskusi panjang, angka itu bisa jadi sia-sia.

Sebagai Pendamping Lokal Desa, saya hanya bisa mendengar, mencatat, menyampaikan. Kadang dapat pujian, kadang kena protes. Tapi melihat sawah kering jadi basah, petani menanam padi sambil tersenyum rasanya cukup membayar lelah saya keliling kampung naik sepeda motor tua itu.

Hari ini, Seuneubok Pidie punya cerita baru. Sawahnya tak lagi hanya menunggu hujan. Ada pompa yang berdengung, ada gotong royong yang terus hidup, ada Keujruen Blang yang setia menjaga air di bawah sinar bulan.

Kalau di kampungmu airnya masih sulit atau sawahmu masih retak-retak, mari duduk bersama. Siapa tahu cerita Seuneubok Pidie bisa jadi inspirasi. Siapa tahu, kopi di warung bisa jadi saksi lahirnya ide-ide baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun