Mohon tunggu...
Rizki Subbeh
Rizki Subbeh Mohon Tunggu... Guru - SAYA ADALAH SEORANG GURU

Dekonstruksi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pandan Rangkang

5 Mei 2018   16:34 Diperbarui: 5 Mei 2018   22:56 2296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay)

Aku lihat ada seorang laki-laki tua yang sedang menuju bahan yang tadi di bawah oleh sepupuku. Dia berpakaian seolah ustad, aku juga tidak asing dengan wajahnya. Siapa dia? aku terus mencoba menggali isi otak. Dia yang ku pandangi dengan jarak hanya 2 meter tidak merasa canggung. Malah dia sibuk menata dan meraih anakan pisang, janur, serta tunas kelapa itu ke satu sisi dekat tembok rumah. Aku juga mengikutinya, kali ini aku tidak mau bertegur sapa. Jikalau terpaksa, hasilnya akan sama saja.

Dia memakai merogoh saku baju kokonya. Rupanya kacamata yang Ia renggut. Kemudian dipasangkan ke matanya, Sontak aku ingat setelah memasang kacamatanya. Ia Pak Sodek, seorang Gus yang pernah jadi guru ngajiku, Gus Sodek. Meski aku sudah mengingatnya namun ada perbedaan yang mendalam pada tubuhnya. 

Dulu Gus Sodek masih bertato putih yang kering, jika di raba akan terasa timbul tatonya, kadang jika digaruk akan semakin nampak goresan putih yang merekat, panu kulit. Iya, dulu sekujur tubuhnya di lumuri oleh panu kulit. Tetapi dia merupakan guru ngajiku yang mengajarkan santrinya untuk mengenal huruf hijaiyah sampai mahir membaca ayat-ayat Al-Qur'an. 

Perubahan yang dimiliki membautku tak mengenal. Apalagi sudah lama aku tidak berteguh sapa dengannya ditambah panu yang dulu menghiasi sudah hilang. Menurut kabar dia sudah tidak mengajar ngaji. Sebab, dia sudah beralih profesi menjadi modin. Tau lah, zaman sudah berganti tentu pola pemikiran dan pola kehidupan juga mengikutinya pula.

Sudah cukup mengenangnya yang jelas dia adalah orang yang berjasa di hidupku. Terperosok dalam galian kenangan, tiba-tiba ku lihat rangkaian anakan pisang sudah terhiasi dengan janur melengkung. Tepat di bawah dahan daun bambu, katakanlah leher pohon pisang sebelum tangkai daun pisang menjalar keluar. Aku berfikir, apakah aku akan menikah? namun kenapa hanya dengan anakan pisang yang dihias? bukankah pohon pisang yang diambil hatinya saja untuk dihiasi dengan janur sebagai simbol adanya pesta pernikahan?.

Aku masih tertegan melihat ini semua. Pohon pisang yang sudah dihias itu bersanding dengan tunas kelapa. Apa maksut dari ini semua?. Tidak mungkin kakak perempuanku menikah, sebab ia masih baru lulus SMK dan ingin melanjutkan ke jenjang kuliah. Sedangkan kakak pertamaku sudah meikah dan memiliki satu putra. Kakak keduaku, masih berada di tanah Malaysia. Lalu untuk siapa? apa mungkin kakak perempuanku benar-benar akan nikah? tidak, tidak mungkin. Ini bukan syarat atau tradisi pernikahn seprti biasanya.

Mencoba menghindar dari pandangan itu. Aku menuju ke kerumunan warga yang berbisik-bisik. Aku coba dekati dan mendengarkan suara lirih tersebut. Dia menyebutkan  "Pandan Rangkang". Aku masih berusaha mengingat kata tersebut. Sepertinya aku pernah mendengar kata itu. Jika aku belah kata tersebut akan menjadi 2 kata dengan makna berbeda. Kata pandan pasti berupa tanaman dengan memiliki ciri khas daun berduri dan tentu daunnya sangat wangi. Sedangkan rangkang ini jelas bahasa jawa, yang berarti merangkak. Jika secara keseluruhan dari kedua kata tersebut digabungkan maka akan bermakna tanaman berdaun wangi yang berduri dan merangkak. Tapi tidak mungkin, apalagi setelah digabungkan maknanya sangat rancau.

Tunggu dulu, jika dipikir-pikir lagi. Kedua kata ini memiliki makna luas. Secara fungsi pandan juga dijadikan sebagai campuran masakan. Tapi tidak mungkin kali ini berbeda fungsi. Namun, jika diulas kembali maka salah satu fungsi pandan adalah sebagai campuran bunga "nyekar". Lalu Rangkang tetap berarti merangkak yang secara jelasnya sebuah aktifitas suatu proses perjalanan manusia. 

Biasanya merangkak ini dilakukan oleh bayi. Karena awal keluar bayi tentu tidak akan bisa melakukan sejumlah aktifitas. Berselang beberapa bulan akan berubah mulai dari; menangis, posisi miring, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan. Dari semua proses ini, dapat dilihat merangkak merupakan aktivitas seolah menjadi jembatan seorang bayi sebelum berjalan. posisinya sentral berada ditengah proses perjalanan bayi. Tetapi tunggu dulu aku ingin memasuki ruang tamu sebelum pikiranku menusuk gagasan yang ku buat sendiri.

Aku berjalan melewati kerumunan warga dan keluarga tanpa tolehan sedikitpun. Tanpa sapaan sedikitpun. Kali ini aku ingin mengetahui arti semua ini. Demi simbol atau kata yang diucapkan oleh bisikan warga "Pandan Rangkang". Sedikit lagi aku mencapai pintu rumah. Dan akan kubuktikan ada apa di dalam sana.

Sejengkal kaki aku langkahkan ke arah garis pintu rumahku. Ku lihat samping kanan kiri yang beralaskan tikar serta ada meja panjang. Di atas meja panjang terselukupi seperti manusia yang sedang berbaring. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun