3. Lapis Kojo
Jangan salah dengan bolu kojo, karena bolu kojo itu mudah pembuatannya "hanya" bolu santan pandan dengan tekstir padat. Berbeda dengan lapis kojo yang lembut dengan rasa gurih, karena bahannya terdiri dari 25 butir telur itik, 500 gram gulapasir, 1 kaleng kental manis, 200 gram mentega, sama dengan bahan untuk membuat maksuba, tetapi sebagai tambahannya lapis kojo ditambahkan 1 liter santan kental dan 100 gram terigu serta diwarnai dengan perasan air daun pandan dan daun suji yang dikocok dicampur menjadi satu lalu dipanggang di oven dengan api atas selapis demi selapis.
4. Lapis legit
Ini kue sudah jamak, terbuat dari 40 butir kuning telur itik, 400 gram gula halus, 100 gram campuran tepung terigu,susu bubuk dan maizena, plus 400 gram butter yang dikocokrata dan dicampur dengan bumbu spiku. yang dikocok dicampur menjadi satu lalu dipanggang di oven dengan api atas selapis demi selapis. Lapis legit ini sudah jamak di Indonesia bahkan ada produk pabrikannya.
Hampir setiap rumah tangga di Sumatera Selatan menyediakan makanan ini untuk dihidangkan kepada para tamu. Jika yang berkemampuan dapat membelinya kepada tetangga, penjual kue dadakan atau toko kue ternama. Harganya per loyang ukuran 22x22x7 cm bersisar antara 200 ribu hingga 500 ribu per loyang. Kualitas pilihan bahan tentu jadi pembedanya, terutama merek bahannya yang tertentu juga berpengaruh.
Saya sendiri memilih untuk membuat, sehingga hari ini (2 hari menjelang lebaran) saya sok sibuk di dapur. Boleh jadi alasan budget adalah alasan utama, karena bayangkan saya minimal harus membuat 6 loyang kue tersebut dengan kualitas premium harganya sangat wow untuk saya.
Saya tidak cukup dana jika harus mengeluarkan uang sebanyak 1 hingga 3 juta hanya untuk membeli kue-kue itu. Jadi tidak mengherankan jika Ibu-ibu tertentu yang memang sengaja memiliki tabungan khusus atau melakukan arisan agar mampu membeli kue-kue ini.
Alasan kedua cukup membuat saya baper, saya ingin anak (baik anak saya sendiri ataupun anak saudara-saudara saya) merindukan saya melalui hidangan lebaran saya.
Sepenggal kalimat dalam pesan singkat "Kakak gak sabar balik ke Palembang, mau makan kue buatan bulek" adalah sebuah kebahagian tersendiri buat saya. Sehingga saya rela untuk menghabiskan waktu saya di dapur dengan risiko sedikit luka bakar di tangan, demi mendapat senyum kebahagiaan mereka.
Saya memang belum memahami kesejarahan kue khas lebaran di Palembang ini. Mengenai sejarah pempek yang masih perdebatan juga antar para pegiat budaya dan sejarah. tetapi setidaknya makanan ini mengingatkan saya bahwa budaya Sumatera Selatan berakar dari budaya rawa.
Jika dilihat dari bahan baku utamanya, terutama Maksuba dan Engkak (karena lapis legit dan kojo adalah varian baru dengan terigu sebagai bahan campuran, dan gandum tidak ditemukan di Sumatera Selatan) adalah ragam makanan yang benar-benar terbuat dari bahan baku lokal produk rawa.