Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Lulusan Muda, Asa Baru Industri Hijau

3 Oktober 2025   19:31 Diperbarui: 3 Oktober 2025   19:31 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tenaga kerja. /Pikiran Rakyat/Tommi Andryandy

Bila pelatihan ini berkesinambungan, maka lahirlah generasi pekerja yang tidak sekadar jadi buruh pabrik, melainkan insan profesional yang memahami makna produktivitas. Refleksi kritis: jangan sampai lulusan hanya diposisikan sebagai "tenaga murah". Harus ada kebijakan peningkatan karier agar mereka juga tumbuh dalam jejaring industri global.

Investasi yang Butuh Kejelasan Regulasi

Grand Opening BYD Haka(BYD) 
Grand Opening BYD Haka(BYD) 

Industri tidak bisa berjalan hanya dengan tenaga kerja, ia butuh kepastian iklim investasi. Empat kalimat dalam berita menunjukkan bahwa Pemprov Jabar menyiapkan lahan, izin, dan keamanan bagi investor. Pesan ini jelas: tanpa tata kelola bersih, investasi bisa tersendat. Kritik yang muncul, sering kali praktik birokrasi berbelit masih menghantui daerah.

Pernyataan Dedi tentang "tidak boleh ada premanisme" mengisyaratkan masalah laten yang sudah lama mencoreng iklim usaha. Refleksi kritisnya, jangan sampai jargon ini sekadar wacana. Dunia usaha menuntut konsistensi, bukan retorika.

Industri hijau seperti kendaraan listrik hanya bisa tumbuh bila pemerintah tegas membersihkan hambatan klasik. Regulasi yang transparan, perizinan cepat, dan perlindungan hukum harus menjadi norma. Jika tidak, maka peluang emas ini bisa berubah menjadi beban sosial-ekonomi.

Bonus Demografi: Anugerah atau Beban?

Indonesia sedang berada di puncak bonus demografi, dengan mayoritas usia produktif. Empat kalimat dalam berita mengingatkan bahwa 4.500 lulusan hanyalah gelombang awal dari ribuan lainnya yang akan menyusul. Pesan implisitnya jelas: jika tidak ada skema kerja jelas, bonus demografi bisa berubah jadi beban.

Kritiknya, banyak lulusan SMA/SMK di Indonesia yang masih menganggur karena keterampilan tidak nyambung dengan pasar kerja. Program vokasi ini seolah hadir sebagai jawaban. Namun refleksinya, apakah pemerintah daerah siap memetakan kebutuhan industri secara dinamis? Jangan sampai melahirkan pekerja yang hanya cocok untuk satu jenis industri saja.

Bonus demografi akan menjadi anugerah bila generasi muda mendapat peluang mobilitas sosial. Mereka harus melihat bahwa bekerja di pabrik hanyalah awal, bukan akhir. Jalan panjang menuju kelas menengah produktif harus disiapkan dengan program pelatihan lanjutan, bukan sekadar sekali pelatihan.

Tantangan Etos Kerja Generasi Z

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun