Lulusan Muda, Asa Baru Industri Hijau
"Investasi tanpa SDM terampil hanyalah gedung kosong yang tak bernyawa."
Oleh Karnita
Menyambut Gelombang Baru Ketenagakerjaan
Apakah benar dunia industri mampu menjadi pintu gerbang kesejahteraan bagi generasi muda? Pertanyaan ini muncul ketika pada Kamis, 2 Oktober 2025, Pikiran Rakyat memberitakan agenda besar bertajuk Dedi Mulyadi Siapkan 4.500 Lulusan SMA/SMK Bekerja di Pabrik BYD Subang, Gelombang Baru Menyusul. Berita ini terasa relevan bukan hanya karena bicara lapangan kerja, tetapi juga masa depan transisi energi di Indonesia.
Mengapa pelatihan vokasi begitu penting dalam pusaran arus industri hijau? Deskripsi tentang ribuan lulusan SMA/SMK yang digembleng agar siap masuk ke pabrik otomotif listrik BYD di Subang menghadirkan gambaran segar. Momentum ini tidak hanya berhubungan dengan ekonomi Jawa Barat, melainkan juga memberi harapan pada mimpi besar Indonesia menjadi pusat industri kendaraan listrik Asia Tenggara.
Apa yang membuat berita ini menggugah perhatian publik dan layak ditelaah? Karena program tersebut menjadi cermin bagaimana pemerintah daerah menjemput bola, tidak sekadar menunggu investasi mengalir. Sebagai penulis, saya melihat urgensi ini bukan sekadar persoalan tenaga kerja, melainkan juga strategi menyelamatkan bonus demografi agar tidak terbuang percuma.
Vokasi Sebagai Fondasi Industri Listrik
Langkah Pemprov Jabar melatih 4.500 lulusan SMA/SMK memberi pesan kuat: tanpa SDM siap pakai, industri hanya akan jadi slogan kosong. Empat kalimat dalam berita tersebut menegaskan bahwa keberhasilan industri otomotif listrik bergantung pada kesiapan anak muda menguasai keterampilan baru. Kritik yang muncul, tentu, apakah kualitas pelatihan benar-benar sebanding dengan kebutuhan teknologi tinggi. Refleksi yang perlu digarisbawahi adalah pentingnya konsistensi, bukan sekadar seremoni.
Vokasi yang digelar bukan hanya perkara keterampilan teknis, melainkan juga pembentukan mental kerja. Dedi Mulyadi menekankan pendekatan disiplin dengan sistem barak atau pelatihan berasrama, demi menumbuhkan karakter tangguh. Ada pesan bahwa dunia kerja industri tidak hanya butuh keahlian, melainkan juga etos. Namun, publik masih menunggu bukti implementasinya.