Hasil Labkes Jabar, 23 Persen Gizi Gratis Ternoda Bakteri, Lalu Harus Bagaimana?
"Gizi bukan sekadar kenyang, tapi aman dan menyehatkan."
Oleh Karnita
Awal yang Menggugah Pertanyaan
Apakah mungkin program mulia justru menjadi pintu masalah kesehatan? Pertanyaan itu mengemuka ketika hasil uji Laboratorium Kesehatan Jawa Barat (Labkes Jabar) menyatakan 23 persen sampel Makanan Bergizi Gratis (MBG) terkontaminasi bakteri penyebab keracunan massal. Pikiran Rakyat (26 September 2025) melaporkan temuan ini, menyoroti potensi bahaya yang bersembunyi di balik program pangan nasional.
Fakta tersebut mendesak perhatian publik. Di satu sisi, MBG digadang sebagai terobosan pemerintah untuk memenuhi hak gizi masyarakat, terutama santri dan pelajar di daerah. Namun, jika pengelolaan higienitasnya lalai, maka tujuan baik bisa berbalik menjadi malapetaka.
Penulis tertarik karena isu ini bukan hanya soal makanan basi, melainkan tentang tata kelola publik dan perlindungan masyarakat. Urgensinya jelas: kesehatan generasi muda adalah investasi bangsa. Relevansinya pun nyata, sebab setiap orang berhak atas pangan yang aman, bergizi, dan layak.
Hasil Labkes yang Mengejutkan
Temuan Labkes Jabar menjadi alarm serius bagi penyelenggaraan MBG. Dari 226 sampel yang diperiksa, 23 persen terbukti mengandung bakteri berbahaya seperti Vibrio cholerae, Escherichia coli, dan Bacillus cereus. Bakteri-bakteri ini dikenal sebagai penyebab utama keracunan makanan yang dapat berujung fatal.
Situasi ini menantang otoritas publik untuk lebih ketat dalam pengawasan. Program MBG bukan sekadar distribusi pangan, melainkan tanggung jawab moral dan hukum. Jika program gizi justru menularkan penyakit, kepercayaan publik bisa runtuh.