Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liga Portugal Kompetitif, Tapi Mengapa Belum Jadi Magnet Global?

27 September 2025   11:46 Diperbarui: 27 September 2025   12:02 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liga Portugal Kompetitif, Tapi Mengapa Belum Jadi Magnet Global? (Dok. Flashscore.es)

Liga Portugal Kompetitif, Tapi Mengapa Belum Jadi Magnet Global?

"Popularitas bisa menipu, kualitas sejati sering tersembunyi di balik sorotan yang redup."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Mengapa Liga Portugal jarang mendapat perhatian dunia, padahal klub dan pemainnya berkontribusi besar bagi sepak bola? Ironisnya, dua hasil penting Benfica—imbang 1–1 kontra Rio Ave dan duel melawan Gil Vicente pada 26 September 2025—hampir tak terdengar gaungnya. Laporan detail dan foto pertandingan beredar terbatas, membuat Liga Portugal seolah tenggelam di bawah bayang-bayang kompetisi lain yang lebih populer.

Tidak dipungkiri, lima liga top Eropa—Inggris, Spanyol, Prancis, Italia, dan Jerman—mendominasi sorotan global berkat daya saing tinggi dan kekuatan finansial klub-klubnya. Kompetisi tersebut menjadi tujuan utama pemain yang ingin menapaki karier di level tertinggi. Sementara itu, Liga Portugal masih kesulitan menembus radar media internasional, meskipun tak jarang menjadi titik awal lahirnya bintang-bintang besar dunia.

Kondisi ini semakin paradoksal dengan kehadiran José Mourinho di Benfica. Sosok pelatih berkelas dunia seharusnya menjadi magnet pemberitaan internasional sekaligus momentum untuk mengangkat citra liga. Namun tanpa dukungan eksposur yang memadai, Liga Portugal tetap berisiko terpinggirkan, meski kontribusinya terhadap sejarah dan perkembangan sepak bola modern tidak bisa disepelekan.

Kompetitif, Tapi Terbatas pada "Big Three"

Liga Portugal sejatinya kompetitif, terutama dalam persaingan tiga raksasa: Benfica, Porto, dan Sporting CP. Rivalitas mereka termasuk yang paling sengit di Eropa, dengan O Clássico (Porto vs Benfica) menyajikan drama penuh gengsi.

Namun, dominasi "Big Three" membuat liga terkesan monoton. Sejak 2000, hanya Boavista (2001) yang mampu mematahkan hegemoni mereka. Hasil imbang melawan Rio Ave kembali menunjukkan betapa ketatnya tantangan klub besar saat menghadapi tim yang tampil penuh determinasi.

Mourinho pun menghadapi ujian awal. Dengan reputasi globalnya, publik berharap ia bukan hanya mengangkat prestasi Benfica, tetapi juga mendongkrak citra Liga Portugal secara internasional.

Sporting CP juara Liga Portugal 2024-2025 usai taklukkan Vitoria Guimaraes 2-0 di laga pamungkas. (Bolasport.com)
Sporting CP juara Liga Portugal 2024-2025 usai taklukkan Vitoria Guimaraes 2-0 di laga pamungkas. (Bolasport.com)

Minim Publikasi dan Branding Global

Dibanding Premier League dengan kontrak siaran bernilai £10 miliar, Liga Portugal hanya meraup ratusan juta euro per musim. Jarak yang terlalu jauh membuat publikasi internasional minim, dan sorot kamera lebih sering tertuju ke Inggris atau Spanyol.

Strategi pemasaran liga juga belum agresif menembus pasar Asia dan Amerika. Padahal, antusiasme fans di kedua kawasan ini sangat menentukan citra global suatu liga. Akibatnya, meski kedatangan Mourinho adalah momentum emas, gaungnya masih belum terdengar kencang di luar Eropa Barat.

Fakta ini diperkuat laporan Nielsen Sports (2023) yang menempatkan Premier League sebagai liga dengan audiens global tertinggi, sedangkan Liga Portugal bahkan tidak masuk lima besar Eropa.

Pabrik Bintang Dunia

FC Porto dan Benfica bersaing ketat untuk menjuarai Liga Portugal 2019-2020. (Twitter) 
FC Porto dan Benfica bersaing ketat untuk menjuarai Liga Portugal 2019-2020. (Twitter) 

Meski kurang terpublikasi, Liga Portugal adalah "pabrik emas." Cristiano Ronaldo (Sporting CP), Bernardo Silva (Benfica), hingga Bruno Fernandes (Sporting CP) lahir dari akademi lokal. João Félix, yang sempat jadi rekor transfer Atletico Madrid, juga produk Benfica.

Menurut CIES Football Observatory, Portugal termasuk tiga besar negara dengan pemain terbanyak yang diekspor ke liga top Eropa. Benfica bahkan dikenal sebagai salah satu klub dengan akademi paling produktif di dunia.

Ironisnya, publik lebih mengenal Ronaldo di Real Madrid atau Bruno Fernandes di Manchester United, ketimbang kiprah awal mereka di Liga Portugal. Liga ini melahirkan bintang, tetapi sorotan lampu panggung justru berpindah setelah mereka hijrah.

Ekonomi: Liga Penjual, Bukan Penarik

Saat mengenang  Benfica juara LIga Portugas  (Twitter @planetbenfica)
Saat mengenang  Benfica juara LIga Portugas  (Twitter @planetbenfica)

Secara finansial, Liga Portugal tidak mampu bersaing dengan liga top. Klub-klub besar bergantung pada penjualan pemain muda untuk bertahan. Transfer Enzo Fernández dari Benfica ke Chelsea senilai €121 juta (2023) menjadi bukti betapa Liga Portugal adalah "liga penjual."

Ekonomi yang terbatas membuat bintang sulit bertahan lama. Mereka menjadikan Portugal batu loncatan sebelum menuju Premier League, La Liga, atau Serie A. Ini memperkuat citra liga sebagai penghasil, bukan pemelihara bintang.

Meski begitu, model ini justru menjaga ekosistem sepak bola Portugal tetap hidup. Dengan investasi pada akademi, klub memastikan regenerasi pemain terus berjalan. Mourinho kini ditantang untuk memaksimalkan potensi ini tanpa harus terlalu bergantung pada jual-beli pemain.

Tim Nasional: Etalase Kualitas Liga

FC Porto sukses menjuarai Liga Portugal 2017 -- 2018 (dok. Medcom. Id)
FC Porto sukses menjuarai Liga Portugal 2017 -- 2018 (dok. Medcom. Id)

Kualitas Liga Portugal tercermin pada prestasi Timnas. Juara Euro 2016 dan Nations League 2019 membuktikan fondasi pembinaan domestik sangat solid.

Kini, skuad Portugal bertabur bintang: Cristiano Ronaldo, Bernardo Silva, Bruno Fernandes, João Cancelo, hingga Gonçalo Ramos. Mayoritas dari mereka ditempa di akademi lokal sebelum bersinar di luar negeri.

Dengan skuad sekuat ini, Portugal selalu menjadi kandidat juara di turnamen besar. Timnas adalah etalase liga: meski kompetisi domestik kurang populer, kualitasnya tetap teruji di panggung internasional.

Penutup

Liga Portugal adalah paradoks: kompetitif, berkualitas, penuh talenta, tetapi kurang populer. Publikasi dan branding global yang lemah membuat liga ini kalah pamor, meskipun kontribusinya bagi sepak bola dunia tak terbantahkan.

Hasil imbang Benfica melawan Rio Ave menjadi simbol realitas: kompetisi ini keras, penuh drama, tetapi jarang tersiar luas. Kedatangan José Mourinho bisa menjadi momentum perubahan, jika Liga Portugal mampu mengemas ulang dirinya sebagai liga yang bukan hanya penghasil bintang, tetapi juga magnet tontonan global. Wallahu a'lam. 

Daftar Pustaka

  • UEFA Coefficient Ranking 2024.
  • ESPN, Rio Ave vs Benfica 1–1 Match Report (2025).
  • Nielsen Sports, Global Football Report (2023).
  • CIES Football Observatory, Player Migration Report (2023).
  • Transfermarkt, Data Hak Siar Liga Portugal (2023/24).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun