Jangan Terlena Pujian, Ia Bisa Jadi Jebakan Hati!
"Pujian adalah bunga, tapi jangan sampai durinya melukai hati."
Oleh Karnita
Pendahuluan
Adakah yang lebih menggelitik daripada pertanyaan: mengapa manusia begitu senang menerima pujian? Ada empat macam pujian yang mengulas dimensi spiritual pujian berdasarkan Alquran dan Sunah. Artikel ini menegaskan bahwa pujian bukan sekadar kata indah, melainkan cermin akhlak dan pengingat tentang siapa yang paling layak dipuji. Pada akhirnya, pujian adalah ujian hati yang menuntut kerendahan diri di hadapan Allah.
Konteks ini menjadi relevan ketika budaya digital kini sarat dengan komentar, like, hingga testimoni yang tak jarang bermakna pujian. Di balik itu, muncul pertanyaan: apakah pujian itu murni motivasi atau justru jebakan kesombongan? Penulis tertarik mengangkat ulang tema ini karena masyarakat modern cenderung lebih cepat terbuai pujian daripada merenungkan maknanya.
Lebih jauh, pembahasan ini penting karena pujian bisa menjadi ibadah jika diarahkan kepada Allah, tetapi bisa pula menjadi ujian bagi hati manusia. Pujian bukan sekadar ucapan manis, tetapi juga cermin kesadaran spiritual yang mendalam. Karena itu, membedah empat macam pujian menurut Islam menjadi sangat urgen untuk kita resapi bersama.
1. Pujian Allah kepada Diri-Nya
Pujian pertama yang diuraikan adalah pujian Allah SWT kepada Diri-Nya. Hal ini termaktub dalam QS Thaha ayat 14, yang menegaskan keesaan Allah dan kewajiban manusia untuk beribadah hanya kepada-Nya. Pujian Allah kepada Diri-Nya merupakan bentuk kemuliaan yang tidak bisa ditandingi makhluk mana pun.
Pesan pentingnya, manusia seharusnya memahami bahwa segala bentuk kemuliaan dan kebaikan hakikatnya berasal dari Allah. Dengan demikian, pujian kepada-Nya menjadi fondasi keimanan sekaligus penangkal kesombongan manusia. Sebab, tanpa menyadari hal ini, manusia mudah terjebak menganggap dirinya pusat segala sesuatu.
Refleksinya, kita diingatkan agar tidak menjadikan pujian sebagai alat meninggikan ego. Sebaliknya, setiap pujian seharusnya menjadi momentum mengingat bahwa Allah-lah sumber segala kebaikan. Inilah kesadaran yang membuat hati tetap tunduk, meski dunia menyanjung.
2. Pujian Allah kepada Makhluk-Nya
Pujian kedua adalah ketika Allah memuji makhluk-Nya, seperti dalam QS al-Qalam ayat 4 yang menegaskan keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW. Ayat ini menjadi teladan bahwa akhlak mulia adalah kriteria tertinggi manusia. Pujian Allah kepada makhluk bukan sekadar sanjungan, melainkan pengakuan atas keluhuran budi.
Pesannya jelas: manusia layak dipuji jika akhlaknya meneladani Rasul. Pujian bukan pada rupa, jabatan, atau kekayaan, melainkan pada keluhuran moral. Dalam kehidupan modern, hal ini menjadi kritik atas masyarakat yang sering salah menempatkan pujian pada hal-hal superfisial.
Refleksi bagi kita, pujian Allah adalah penghargaan sejati yang seharusnya dikejar. Setiap amal baik yang lahir dari ketulusan akan mendapat nilai, meski tidak dipuji manusia. Maka, jadikan akhlak sebagai tujuan, bukan popularitas semata.
3. Pujian Makhluk kepada Allah SWT
Pujian ketiga adalah pujian makhluk kepada Allah, sebagaimana ditegaskan dalam QS al-Fatihah ayat 2, "Segala puji bagi Allah, Rabb pemelihara alam." Lafaz hamdalah menjadi inti rasa syukur seorang hamba kepada Sang Pencipta. Pujian ini membentuk hubungan spiritual yang mendalam antara manusia dengan Tuhannya.
Pesan yang terkandung ialah syukur tak boleh terpisah dari kehidupan sehari-hari. Ketika manusia lalai memuji Allah, maka ia kehilangan inti penghambaan. Di sinilah kritiknya: kita sering begitu mudah memuji manusia, tetapi kikir memuji Sang Pemberi Nikmat.
Refleksinya, memuji Allah bukan sekadar lisan, tetapi juga tindakan. Menjalankan ibadah dengan ikhlas, menebar kebaikan, dan menjaga amanah adalah bentuk pujian nyata kepada Allah. Inilah pujian yang menyelamatkan, bukan menjerumuskan.
4. Pujian Makhluk kepada Makhluk
Pujian keempat adalah pujian antar-manusia, sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW dengan ungkapan jazakallah khair. Pujian ini bukan sekadar basa-basi, melainkan doa agar kebaikan dibalas oleh Allah. Dengan demikian, pujian antar-manusia sejatinya adalah bentuk saling menguatkan dalam kebaikan.
Namun, kritiknya muncul ketika pujian berubah menjadi manipulasi. Banyak orang menggunakan pujian untuk mencari keuntungan atau sekadar pencitraan. Budaya ini berbahaya karena menjauhkan pujian dari niat tulus.
Refleksinya, kita perlu membiasakan pujian yang sehat, jujur, dan proporsional. Pujian seharusnya menjadi motivasi dan doa, bukan alat menjerat ego. Dengan begitu, pujian tidak kehilangan esensi spiritualnya.
5. Bahaya Terlalu Senang Dipuji
Alquran memperingatkan dalam QS Ali-Imran ayat 188 bahwa orang yang senang dipuji atas sesuatu yang tidak dilakukannya akan mendapat azab yang pedih. Ayat ini menjadi teguran keras bagi manusia yang suka mengklaim kebaikan semu. Pujian yang tidak proporsional bisa menjerumuskan.
Pesannya, manusia harus waspada agar tidak menjadikan pujian sebagai bahan kesombongan. Sebaliknya, setiap pujian seharusnya menjadi pengingat untuk memperbaiki diri. Kritiknya, budaya sosial hari ini sering melahirkan perilaku suka memamerkan kebaikan hanya demi dipuji.
Refleksi bagi kita, sebaik-baik sikap adalah menerima pujian dengan doa sebagaimana Ali bin Abi Thalib: "Ya Allah, ampunilah aku atas apa yang mereka tidak ketahui, jangan siksa aku karena ucapan mereka, dan jadikan aku lebih baik dari yang mereka sangkakan." Doa ini menjaga hati dari terlena oleh pujian dunia.
Penutup
Pujian adalah pisau bermata dua: bisa mengangkat, bisa pula menjatuhkan. Jika diarahkan kepada Allah, pujian menjadi ibadah. Jika disandarkan pada diri, pujian bisa berubah menjadi sumber kesombongan. Karena itu, sikap bijak dalam menyikapi pujian menjadi kunci menjaga hati tetap lurus.
Ali bin Abi Thalib telah memberi teladan tentang kerendahan hati di hadapan pujian. Ucapannya mengingatkan bahwa manusia sebaiknya tidak menelan pujian mentah-mentah, melainkan menjadikannya doa dan pengingat. "Pujian bukanlah tujuan, melainkan jalan untuk memperbaiki diri."
Disclaimer
Tulisan ini merupakan refleksi dan analisis atas pemberitaan Republika.co.id dengan tambahan interpretasi penulis.
Daftar Pustaka
- Rizqa, Hasanul. (2025, 23 September). Empat Macam Pujian. Republika. https://www.republika.co.id
- Alquran, Surah Thaha: 14. Kementerian Agama RI. https://quran.kemenag.go.id
- Alquran, Surah al-Qalam: 4. Kementerian Agama RI. https://quran.kemenag.go.id
- Alquran, Surah al-Fatihah: 2. Kementerian Agama RI. https://quran.kemenag.go.id
- Alquran, Surah Ali-Imran: 188. Kementerian Agama RI. https://quran.kemenag.go.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI