Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisakah Pemuda Adat Menjaga Warisan di Era Digital?

8 September 2025   13:33 Diperbarui: 8 September 2025   13:33 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bupati Citra dan Christriyati Ariani buka Jambore Pemuda Adat di Desa Cikalong, Pangandaran, 5 September 2025. /Kontributor PR/Agus Kusnadi

Bisakah Pemuda Adat Menjaga Warisan di Era Digital?

"Tradisi bukan sekadar masa lalu, melainkan jembatan menuju masa depan."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Bagaimana mungkin sebuah tradisi bisa bertahan di tengah derasnya arus digitalisasi? Pertanyaan ini mengemuka saat membaca pemberitaan Pikiran Rakyat, 6 September 2025 berjudul “Jambore Pemuda Adat di Pangandaran, Menjaga Kelestarian di Era Teknologi.” Laporan tersebut menyoroti pembukaan Jambore Pemuda Adat di Desa Cikalong, Sidamulih, Pangandaran, pada 5 September 2025, dengan ragam pergelaran seni dan pesan kuat tentang peran generasi muda adat.

Relevansi acara ini begitu terasa, mengingat isu globalisasi kerap menyingkirkan identitas lokal ke pinggiran sejarah. Dari seni gondang hingga wayang golek, semua seakan memberi pesan bahwa akar budaya tak boleh patah oleh guncangan teknologi. Justru, teknologi dapat menjadi medium baru untuk memperluas resonansi tradisi.

Sebagai penulis, ketertarikan saya lahir dari urgensi refleksi: mampukah pemuda adat menjadi penjaga nilai luhur sekaligus inovator yang akrab dengan media digital? Konteks saat ini menuntut generasi muda tidak sekadar mewarisi, melainkan mengolah warisan menjadi energi kebudayaan yang berkelanjutan.

1. Pemuda Adat sebagai Penjaga Tradisi

Pemuda adat dalam jambore ini diposisikan sebagai tonggak peradaban. Mereka tidak sekadar pewaris, tetapi juga aktor utama yang memastikan tradisi terus bernapas di tengah gempuran budaya global. Bupati Pangandaran, Citra Pitriyami, menekankan bahwa jambore harus menjadi agenda tahunan, menandai komitmen pemerintah terhadap pelestarian.

Pesan yang tersirat: tanpa generasi muda, tradisi hanyalah artefak museum. Namun dengan keterlibatan mereka, tradisi menjadi narasi hidup yang mampu berdialog dengan zaman. Inilah peran strategis yang menuntut kesadaran kolektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun