Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bola Mati di Jasinga: Saat Sportivitas Hilang

19 Agustus 2025   09:53 Diperbarui: 19 Agustus 2025   09:53 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polisi datangi lokasi keributan antar warga yang tewaskan satu orang di wilayah Kec. Jasinga, Kab. Bogor. Dok Polres Bogor(KOMPAS.com/PUTRA R. A. 

Bola Mati di Jasinga: Saat Sportivitas Hilang

Sepak bola seharusnya menyatukan, bukan memisahkan.”

Oleh Karnita

Pendahuluan

Lapangan sepak bola di Kecamatan Jasinga, Bogor, pada Minggu (17/8/2025) menjadi saksi duka. Kompas.com menurunkan laporan berjudul “Final Sepak Bola Berujung Maut, Begini Detik-detik Bentrokan di Jasinga Bogor” pada 18 Agustus 2025. Ironis, perayaan yang mestinya meriah justru berakhir dengan kehilangan nyawa seorang warga.

Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kebersamaan, peristiwa ini tentu menimbulkan keprihatinan mendalam. Sepak bola, yang seharusnya mempererat persaudaraan, malah sering kali menjadi pemicu keributan antarwarga. Urgensi untuk membenahi pola penyelenggaraan olahraga masyarakat semakin nyata di tengah rawannya gesekan sosial.

Penulis merasa tertarik membahas isu ini karena relevansinya yang kuat dengan situasi bangsa. Fenomena ini tidak hanya soal sepak bola, melainkan cerminan persoalan sosial, budaya, dan komunikasi antarwarga. Lebih jauh, tragedi ini mengingatkan bahwa sportivitas bukan sekadar slogan, melainkan kebutuhan mendasar bagi hidup bersama.

1. Sepak Bola Rakyat dan Luka Sosial

Sepak bola tingkat kampung sering menjadi ruang ekspresi masyarakat akar rumput. Turnamen RW atau desa biasanya digelar untuk memperkuat silaturahmi dan menyalakan semangat persatuan. Namun, di Jasinga, sportivitas runtuh ketika rivalitas berubah menjadi kebencian yang memicu bentrokan.

Kronologi yang diberitakan menunjukkan pertandingan sempat dihentikan, tetapi digelar kembali tanpa koordinasi aparat. Hal ini membuka celah konflik karena melibatkan kelompok yang sejak awal tidak dilibatkan. Ketiadaan pengawasan justru menambah api ketegangan yang sudah membara di antara suporter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun