Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mencegah Bangsa Gagal dengan Menghentikan Bahaya Net Outflow

16 Agustus 2025   13:06 Diperbarui: 16 Agustus 2025   13:06 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo Subianto bersama Ketua DPR, Puan Maharani (Biro Pemberitaan DPR RI)

Mencegah Bangsa Gagal dengan Menghentikan Bahaya Net Outflow

“Kebocoran kekayaan negara bukan sekadar angka, melainkan ancaman eksistensi bangsa yang harus segera dihentikan.”

Oleh Karnita

Pendahuluan

Pada Jumat, 15 Agustus 2025, MerahPutih.com memuat tajuk “Prabowo Peringatkan Bahaya Net Outflow, Indonesia Berpotensi Jadi Negara Gagal.” Berita ini menyoroti pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD di Senayan, Jakarta. Gambaran situasi itu menghadirkan nuansa serius, seperti tubuh yang kehabisan darah, yang diibaratkan Presiden sebagai kondisi bangsa ketika kekayaan terus mengalir ke luar negeri.

Isu kebocoran kekayaan negara bukanlah fenomena baru, tetapi urgensinya semakin tinggi ketika disampaikan langsung oleh Kepala Negara di forum kenegaraan. Net outflow menjadi ancaman besar bagi fondasi ekonomi, stabilitas politik, dan kedaulatan nasional. Hal ini relevan dalam konteks globalisasi, di mana arus modal begitu cepat berpindah dari satu negara ke negara lain.

Penulis tertarik mengangkat isu ini karena menyentuh hakikat keberlangsungan negara. Jika kebocoran dibiarkan, maka cita-cita kemerdekaan—bebas dari kemiskinan dan kelaparan—akan semakin jauh. Artikel ini berupaya mengulas pesan, kritik, serta refleksi yang terkandung dalam

Net Outflow dan Risiko Negara Gagal

Fenomena net outflow bukan hanya soal uang yang hilang, melainkan tentang hilangnya kedaulatan ekonomi. Presiden Prabowo menekankan bahwa kondisi ini ibarat darah yang mengalir keluar tubuh hingga akhirnya menyebabkan kematian. Analogi ini menggambarkan betapa fatal dampaknya jika kebocoran kekayaan negara terus terjadi.

Pesan yang terkandung cukup jelas: bangsa ini harus fokus pada solusi, bukan saling menyalahkan. Kritik halus diarahkan pada praktik lama yang terlalu sering mengedepankan perdebatan politik ketimbang solusi nyata. Refleksi yang dapat ditarik, bangsa Indonesia tidak boleh lagi terjebak dalam siklus polemik tanpa aksi konkret.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun