Penutup
Air adalah anugerah yang tak ternilai, dan memanen air hujan adalah wujud syukur paling konkret yang bisa kita lakukan. Dalam kata-kata Akbar, memanfaatkan setiap tetes yang jatuh dari langit adalah langkah elegan melawan krisis air. Praktik sederhana ini, bila diadopsi secara luas, dapat menjadi kekuatan besar yang menjaga ketersediaan air untuk generasi mendatang.
Seperti kata pepatah, "Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang, kita meminjamnya dari anak cucu." Panen air hujan adalah cara kita mengembalikan pinjaman itu dalam kondisi terbaik. Saat kita memulai dari rumah dan sekolah, kita sedang membangun benteng air bersih untuk masa depan negeri. Wallahu a'lam.Â
Disclaimer:
Artikel ini adalah opini penulis berdasarkan referensi terbuka dan artikel asli karya Akbar Pitopang di Kompasiana. Isi dan pandangan bukan representasi kebijakan resmi pihak manapun.
Daftar Pustaka:
- Pitopang, A. (2025). Menolak Krisis Air Bersih Ajari Panen Air Hujan Sejak Dini. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/akbarisation/689f70d734777c7415259b32/menolak-krisis-air-bersih-ajari-panen-air-hujan-sejak-dini
- UNICEF. (2022). Progress on household drinking water, sanitation and hygiene 2000-2022. https://data.unicef.org/resources/progress-on-household-drinking-water-sanitation-and-hygiene-2000-2022
- Kementerian ESDM. (2024). Peta Cadangan Air Tanah di Jawa. https://www.esdm.go.id
- United Nations. (2015). Sustainable Development Goal 6: Clean Water and Sanitation. https://sdgs.un.org/goals/goal6
- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2023). Panduan Program Adiwiyata. https://www.menlhk.go.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI