Karena Niat yang Baik Tak Pernah Sia-sia
“Saya yakin dan percaya dengan niat yang baik, InsyaAllah dipermudahkan oleh Allah Swt.” – Wahidun
Oleh Karnita
Pendahuluan: Kurban, Hati, dan Ketulusan yang Membekas
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Iduladha bukan hanya perayaan tentang penyembelihan hewan kurban. Ia adalah momentum keikhlasan, pengorbanan, dan solidaritas sosial. Di tengah gemerlap kehidupan kota dan kompetisi gaya hidup, kisah seorang buruh bangunan dari Pekanbaru ini menghadirkan cahaya kecil yang menghangatkan nurani kita.
Namanya Wahidun. Umurnya 51 tahun. Ia bukan tokoh besar, bukan pula pejabat yang fotonya terpampang di baliho. Namun tekad dan kesederhanaannya memantulkan makna kurban yang sejati. Menabung Rp55 ribu setiap pekan selama setahun demi bisa ikut berkurban seekor sapi, Wahidun adalah potret nyata dari semangat ibadah yang tidak tergantung pada jumlah penghasilan, melainkan ketulusan niat.
Kisah ini pertama kali dimuat oleh detikSumut dan Merdeka.com pada 16 Juni 2024 dan sengaja diangkat kembali agar memotivasi siapa pun untuk berkurban atau berbuat baik. Karena sejatinya, kisah seperti ini tidak kadaluarsa, justru semakin relevan di tengah keraguan dan keengganan yang kerap membungkus niat mulia.
1. “Ikhlas Itu Tidak Harus Mewah”
"Kalau diniatkan bisa. Nabung setiap minggu, tidak terasa." – Wahidun