Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Ketika Kebun Teh Disulap Jadi Kebun Sayur: Suara Geram dari Pangalengan

26 April 2025   12:24 Diperbarui: 26 April 2025   12:24 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Teh PTPN melakukan aksi demonstasi akibat alih fungsi kebun teh menjadi kebun sayuran (Dok.Detikjabar.com)

Serikat petani dalam konteks ini justru harus diperkuat, bukan dimusuhi. Mereka bisa menjadi kekuatan sipil yang menjaga keberlangsungan pertanian dan mengawal akuntabilitas pengelola lahan. Dalam banyak kasus di Indonesia, keberhasilan mempertahankan lahan rakyat justru datang dari konsolidasi akar rumput, bukan dari kebijakan elite. Pemerintah dan BUMN perlu membuka ruang dialog formal dan berkelanjutan dengan serikat petani. Jangan tunggu amarah berubah jadi konflik horizontal. Dengarkan mereka sebelum semuanya terlambat.

6. "Krisis yang Bisa Jadi Peluang"

"Setelah ditanami lagi, muncul lagi kerusakan."

Pangalengan sedang berada di titik krusial. Alih fungsi lahan adalah krisis nyata, tapi juga bisa jadi peluang menata ulang arah pembangunan desa-desa pertanian. Alih-alih sekadar reboisasi simbolik, harus ada kebijakan jangka panjang yang menjamin keberlanjutan ekosistem ekonomi dan sosial di sana. Pembangunan desa tak bisa hanya soal panen sayur cepat saji.

Pemerintah, PTPN, dan masyarakat sipil harus merancang ulang sistem pengelolaan lahan berbasis komunitas. Sertifikasi bagi petani, pelibatan generasi muda dalam pertanian modern, hingga diversifikasi ekonomi lokal (seperti ekowisata berbasis pertanian) bisa jadi jawaban. Tapi semua itu hanya mungkin jika warga dilibatkan sejak awal.

Krisis ini harus jadi pelajaran nasional. Jangan tunggu lahan-lahan produktif lainnya bernasib sama. Karena yang sedang dirampas bukan cuma tanah, tapi harapan.

Penutup: Pangalengan, Jangan Hanya Dikenang Karena Teh

Pangalengan, Jangan Hanya Dikenang Karena Teh (Dok.Industri Kontan) 
Pangalengan, Jangan Hanya Dikenang Karena Teh (Dok.Industri Kontan) 

Pangalengan bukan sekadar penghasil teh. Ia adalah representasi dari relasi manusia dengan alam, tradisi, dan kedaulatan pangan. Tapi kini, semua itu berada di ujung tanduk karena lemahnya perlindungan atas tanah rakyat. Jika kita diam, sejarah akan mencatat bahwa negara kalah oleh pembiaran dan persekongkolan diam-diam.

Apakah kita akan membiarkan para penjaga kebun teh itu terusir tanpa perlawanan? Atau kita akan berdiri bersama mereka, menjaga daun teh tetap tumbuh di tanah yang seharusnya jadi milik rakyat? Wallahu a'lam. 

Sumber berita:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun