Mohon tunggu...
Mia
Mia Mohon Tunggu... Bankir - My Self, Only Mine

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Money

Berhemat dengan Non Tunai

15 Desember 2016   22:49 Diperbarui: 15 Desember 2016   22:58 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Namun, proses pencetakan uang tersebut tidak sesederhana itu. Dibutuhkan uang untuk mencetak uang. BI mencatat bahwa tahun 2015 dibutuhkan dana sampai dua triliun rupiah untuk mencetak uang. Berdasarkan data yang ada, biaya cetak uang rupiah ini meningkat 13% setiap tahunnya. Biaya produksi yang mahal ini dikarenakan setiap lembar uang kertas itu memiliki fitur pengaman yang jumlahnya lebih dari sepuluh tujuannya yaitu agar uang tersebut tidak mudah dipalsukan, dan juga karena bahan baku untuk pencetakan uang masih harus diimpor dari luar negeri. Hal seperti ini yang kadang tidak terpikirkan oleh kita orang awam.

 Dikarenakan mahalnya biaya pencetakan fisik uang, maka BI merasa perlunya dibuat suatu gebrakan yang diharapkan mampu menekan biaya produksi tersebut sehingga negara bisa berhemat semaksimal mungkin. Salah satu caranya yaitu dengan cara mengajak masyarakat untuk mengurangi transaksi keuangannya secara tunai dan beralih ke invisible money atau non tunai. Karena sangat pentingnya program ini, maka pada tanggal 14 Agustus 2014 di Jakarta, BI mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai dalam melakukan transaksi pembayaran keuangan yang berbasis elektronik.

Dengan transaksi non tunai, maka berbagai kemudahan dapat kita rasakan, diantaranya yaitu:

- Praktis dan lebih aman dibandingkan harus membawa uang tunai apalagi dalam jumlah yang besar

- Pencatatat transaksi secara otomatis sehingga mudah untuk melacak transaksi yang sudah  kita lakukan. Bandingkan jika harus mencatat manual pengeluaran setiap harinya di buku tulis. Bukunya hilang, puyeng yang datang.

- Meningkatkan sirkulasi uang dalam perekonomian serta mengurangi terjadinya tindak pidana korupsi karena transaksi keuangan yang dilakukan transparan dan terarah.


- Efisiensi biaya pencetakan uang.

Adapun jenis-jenis alat pembayaran non tunai itu sendiri misalnya seperti yang berbasis warkat atau surat berharga yang dikeluarkan oleh bank (contoh: cek, bilyet giro, nota kredit, nota debit), atau juga ada yang berbasis kartu dan elektronik (Contoh: kartu kredit, kartu debit, kartu prabayar, kartu isi ulang).

Namun, dibalik semua kemudahan yang ditawarkan oleh transaksi non tunai ini, ternyata program ini belum terlalu mengena di hati masyarakat luas. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, diantaranya yaitu masyarakat yang selama berpuluh-puluh tahun sudah terbiasa berbelanja atau membayar dengan menggunakan uang tunai sehingga merasa lebih adem jika bisa melihat fisik dari uang tersebut. Adanya kasus pembobolan rekening yang beberapa kali terjadi. Disamping itu terbatasnya interkoneksi dan pembangunan infrastruktur yang belum merata di seluruh pelosok negeri, ini justru membuat masyarakat yang berada di daerah-daerah tersebut merasa kurang didukung akibat jaringan yang kadang offline.

Hal ini tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi pemerintah yang terus bertekad mensosialisasikan GNNT, walaupun tidak semudah mengucapkan simsalabim dan tentu saja membutuhkan waktu yang lebih lama lagi agar GNNT ini bisa mengakar di hati masyarakat luas. Sambil menunggu masyarakat mengenal dan mencintai budaya GNNT, ada baiknya mencanangkan program rutin yang melibatkan instrumen non tunai didalamnya, misalnya:

- Pasar Murah Triwulan Non Tunai, yaitu kegiatan penjualan sembako murah yang diadakan oleh pemerintah daerah setempat setiap tiga bulan sekali dengan sistim pembayaran yang diterima itu hanya dalam bentuk non tunai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun