Mohon tunggu...
Money

Corat-coret Jadi Isi Dompet

28 Oktober 2016   13:33 Diperbarui: 28 Oktober 2016   13:52 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Desain Karakter Game Oleh Hira Karmachela

Siapa sih yang tidak suka corat-coret?! Saya yakin sebelum belajar menulis dan membaca, kebanyakan orang memulainya dengan corat-coret. Bahkan setelah dewasa sekalipun, corat-coret terkadang menjadi kebiasaan atau keisengan yang dilakukan di kala seseorang merasa bosan.

Sedari kecil saya sangat suka corat-coret, begitu kata ayahku. Bahkan ayah mengaku masih menyimpan coretan pertama yang pernah saya buat. Beruntung saya memiliki orangtua yang mengenali potensi diri anaknya. Sejak melihat anaknya begitu suka corat-coret, orangtuaku merasa bahwa di masa depan saya akan menjadi seorang seniman. Tentu cita-cita seperti itu belum sempat terpikirkan olehku saat kecil. Corat-coret hanya menjadi kegiatan yang menyenangkan bagiku saat kecil yang tanpa sadar bertumbuh menjadi hobi dan akhirnya menjadi passionsaat dewasa.

Di masa sekolah dasar, saya mulai mengenal bahwa coretan dapat dikembangkan menjadi gambar. Saya belajar bahwa tarikan garis yang sederhana dapat berkembang menjadi gambar pemandangan atau gambar karakter yang fantastis. Lebih jauh lagi, ternyata gambar dapat dikembangkan dan diaplikasikan menjadi animasi dan game. Seiring bertambahnya pengetahuanku pada gambar maka bertambah juga passion-ku.

Saya sangat beruntung karena memiliki orangtua yang sangat mendukung passion anaknya. Saat kecil, jarang sekali saya dimarahi karena terlalu asyik menonton animasi atau bermain video game. Hal ini karena orangtuaku mengarahkan saya untuk dapat belajar dari hobi atau passiondaripada sekadar menjadikannya sebagai kegiatan yang sia-sia. Bahasa kerennya dalam metode pembelajaran disebut bermain sambil belajar.

Alhasil, berkat dukungan orangtuaku saya mendapatkan pendidikan sesuai dengan passion-ku. Saya lulus sebagai sarjana pendidikan di bidang seni rupa. Selepas kuliah, tiba waktunya saya mencari penghasilan sesuai passion-ku. Modalku untuk mendapatkan pekerjaan adalah hasil corat-coret yang saya kemas rapi menjadi portofolio.  

Ternyata saya mendapatkan lebih dari yang saya bayangkan. Hasil coretanku membuat saya menjadi seorang pengajar di sekolah menengah kejuruan jurusan multimedia untuk mata pelajaran animasi dan citra digital. Pekerjaan ini membuat saya bukan sekadar menikmati passion tapi juga dapat membagikan ilmu dan pengalaman mengenai passion tersebut.

Namun, jika saya ditanya tentang profesi, saya lebih sering menjawab bahwa saya adalah seorang digital artist. Menjadi seniman adalah cita-citaku. Pekerjaan sebagai pengajar berbeda seperti karyawan kantoran. Saya mendapatkan waktu luang yang lebih banyak yang dapat saya manfaatkan untuk passion­-ku.Oleh karena itu saya berusaha agar hasil corat-coret dapat menjadi isi dompet, sumber penghasilan bagiku.

Siapa sangka, sejak dua tahun yang lalu hasil coretanku laku terjual bahkan hingga pasar internasional. Adanya jaringan internet menjadi kemudahan bagiku untuk menjangkau pasar seluas-luasnya. Hingga saat ini saya membuat gambar dan desain untuk kebutuhan karya-karya komik, ilustrasi, animasi, dan game. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, kegemaran sederhana seperti corat-coret dapat menghasilkan rupiah bahkan dolar.

Salah Satu Ilustrasi Karya Hira Karmachela
Salah Satu Ilustrasi Karya Hira Karmachela
Pekerjaan yang saya buat sambil bermain selama beberapa jam saja, dapat menghasilkan nominal tinggi yang setara dengan gaji bulanan pekerja kantoran. Inilah passion yang sesungguhnya. Penghasilan dari hobi atau passion sejatinya adalah keinginan setiap orang. Saya yakin setiap orang memiliki passion-nya tersendiri. Namun, adalah pilihan untuk membuat passion tersebut menjadi sejalan dengan mata pencaharian kita.

Apa yang dapat saya gapai saat ini adalah rezeki dari Allah, dan bentuk syukur saya adalah dengan setia pada passion. Tapi, kesetiaan saya pada passion tidak akan terbentuk tanpa adanya dukungan penuh dari orang-orang yang mencintai saya, terutama orangtua. Kepedulian orangtuaku menjadi proteksi bagi passion yang selama ini saya jalani.

Saat ini, saya sudah berkeluarga, sudah harus mandiri dan mampu memproteksi diri sendiri dan keluarga. Sebentar lagi, dengan kehendak sang pencipta saya pun akan menjadi orangtua. Selain harus mandiri memproteksi passion diri sendiri, saya pun harus mampu memproteksi passiondari anak dan istriku. Terlebih lagi, passion-ku semakin berkembang menjadi bisnis, saya butuh proteksi lebih untuk menjalaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun